Jumat, 07 Februari 2014

DAMPAK NEGATIF MEMAKI ANAK


Boodoh sekali sih kamu, Begitu saja salah, Tidak bisa!, Bandel sekali sih kamu. Aduh...anak saya ini loh Dasar anak bandel!. Ya, begitulah beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat di atas. Emosi yang meluap – luap melihat tingkah laku anaknya yang bandel menjadikan orang tua marah, sehingga tidak heran kalau kalimat – kalimat atau lebel negatif tersebut sering keluar dari lisan orang tua untuk menjustifikasi anak. Memberikan label negatif pada anak sejatinya mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologi anak. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Ia berpikiran bahwa dirinya memang bodoh, tidak ada manfaatnya dan berbagai macam perasaan negatif selalu menyelimuti hati dan pikirannya. Saran Bagi Orantua Berilah respon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan kepribadiannya. Kalau anak bertindak sesuatu yang menjengkelkan, jangan merespon dan memberikan label, karena melabel berarti menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang diberi dan tidak bisa lagi diperbaiki. Orang tua harus berhati-hati dan mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan pada anak. Ada pepatah jaman dulu kala mengatakan "Mulutmu Harimaumu", yang dalam hal ini mulut orantua bisa menjadi harimau bagi anak. Penting sekali orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar anak jadi berpikir positif tentang dirinya, karena kalau tidak terkontrol dan keluar kata – kata negatif maka akan sangat berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. SUMBER : http://pendidikanprogresif.blogspot.com/2014/01/dampak-label-negatif-pada-anak.html

MODEL PENDIDIKAN BAGI ANAK


Teori pendidikan anak terus berkembang dari masa ke masa, apa yang berlaku pada masa kecil orang tua kita dulu akan sangat berbeda dengan apa yang diterapkan pada masa kecil kita. Teori dan model pendidikan anak ini akan terus berkembang seiring perkembangan zaman. Lahirnya berbagai macam teori pendidikan anak tentu akan membuat pusing para orang tua, yang ini bilang begini, yang itu bilang begitu, puyeng mau mengikuti teori dan strategi yang mana, padahal kalau dipikir-pikir dan ditelaah lebih dalam semuanya menarik dan bagus. Nah, bagaimana jika semua model itu kita terapkan pada anak-anak kita? Hmmm, nanti dulu ya, semestinya perlu kita pahami bersama bahwa setiap anak terlahir dengan potensi bawaannya masing-masing, setiap anak berbeda, namun itulah yang membuat mereka istimewa. Coba saja bayangkan jika dalam sebuah taman hanya dipenuhi bunga berwarna merah saja, atau kuning saja, atau putih saja, tentu pemandangan yang kita lihat akan menjadi monoton. Lain halnya dengan sebuah taman yang di dalamnya terisi oleh beranekaragam tanaman bunga, ada yang berwarna merah, kuning, putih, ungu, dan sebagainya, maka perbedaan yang ada akan membentuk harmoni yang indah bukan?. Dan ini sama seperti gambaran anak-anak. Mereka memiliki potensi dan kecenderungan yang berbeda-beda, namun di sanalah letak keunikannya. Setiap anak akan “bekerja” sesuai porsinya, tidak bertubrukan, tidak sama, namun satu sama lain saling mengisi. Setiap anak memang diciptakan istimewa, maka dari itu setiap anak perlu kita perlakukan dengan istimewa, perlakuan ini tidak seragam karena keunikan yang dibawa oleh pribadi sang anak. Dr. Howard Gardner mengungkapkan ada 7 jenis kecerdasan yang dimiliki anak, dan masing-masing memiliki porsinya sendiri. Jika kita telah mengetahui dan memahami perbedaan yang pasti terjadi dalam setiap anak, maka sudah sepatutnya kita menyadari bahwa memilih model pendidikan anak harus didasari dengan sikap yang bijak. Artinya, tidak mesti seluruh model pendidikan yang ada harus diterapkan kepada seorang anak, namun orang tua hendaknya melihat dan mengamati potensi dan kecenderungan anak tersebut cocok dididik dengan metode seperti apa. Misalnya, anak pertama mungkin berhasil dengan pola pendidikan homeschooling. Namun, belum tentu metode ini cocok diterapkan oleh anak kedua, ketiga, dst. Anak kedua mungkin saja berhasil diajari membaca dengan metode mengeja, namun boleh jadi adiknya lebih cepat menguasai baca-tulis dengan metode glenn Domann. Maka sebagai orang tua, tuntutan untuk belajar hal-hal baru yang berkaitan dengan pendidikan anak akan terus menekan. Menjadi orang tua tidak semudah melahirkan, mengasuh, dan membesarkan saja, karena setelah itu orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama masih memiliki tugas mendidik yang akan menentukan keberhasilan anak dalam menghadapi dunia sebagai bekal akhiratnya kelak. Jadi, dari begitu banyak model pendidikan anak yang berkembang, kita bisa memilih dan memilah mana yang sekiranya cocok diterapkan untuk keluarga kita masing-masing, sesuaikan dengan kemampuan, kecenderungan, dan kapasitas ilmu yang dimiliki. SUMBER : http://pendidikanprogresif.blogspot.com/2014/01/bijak-memilih-model-pendidikan-anak.html

KESALAHAN PENDIDIK DALAM MENDIDIK ANAK


Setiap orang tua tentu mendambakan anak yang baik dan taat kepada orang tuanya. Sehingga orang tua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi terkadangan, apa yang mereka harapkan tak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Mirisnya lagi, justru yang orang tua lakukan malah berakibat buruk buat anak. Kekeliruan seperti inilah yang belakangan ini sering terjadi dan dilakukan oleh banyak orangtua. Memang, mendidik anak gampang – gampang susah. Kadang, mendidik anak dengan cara keras dan tegas itu juga tidak baik. Tapi mendidik anak dengan cara memanjakannya setiap hari juga bisa berakibat buruk pada masa depannya. Nah, Agar Anda tidak keliru saat mendidik anak, Anda harus tahu mana cara yang benar dan yang salah. Berikut ini cara mendidik anak yang salah. Sebaiknya buang cara ini jauh-jauh dari kehidupan anda dan anak anda. Langsung saja simak baik-baik penjelasan sebagai berikut ini. Tidak ada waktu Alasan Anda terlalu sibuk di kantor Orang tua selayaknya tidak ada alasan atau menyibukkan dirinya dengan pekerjaanya, sehingga peran ayah ataupu ibu menjadi kurang. Alasan atau kesibukan orang tua menjadi penyebab tidak ada waktu untuk berkumpul bersama anak. Padahal masa anak-anak adalah masa yang paling membutuhkan orangtua untuk menjadi panutan mereka. Maka, cobalah untuk menyempatkan waktu berkumpul dan mengobrol bersama anak Anda mulai dari sekarang. Dengan begitu Anda akan tahu kegiatan apa yang dia lakukan di sekolah dan masalah apa yang sedang dia hadapi. Anda juga berkesempatan untuk memberinya nasehat. Terlalu royal memberi hadiah Memberi hadiah memang tidak salah, bahkan memberi hadiah kepada yang anak adalah sebuah bentuk perhatian yang baik. Akan tetapi, kalau memberi hadiah yang terlalu mahal atau tidak pas untuk usia anak ini juga akan berdampak kurang baik. Dengan hadiah yang mahal dan mewah yang diberikan kepada anak hanya akan membentuk karakter anak menjadi manja dan royal. Jangan membanding-bandingkan Banyak orangtua yang membandingkan anak mereka dengan saudaranya, orang lain, ataupun teman –teman bermain. Ketahuilah, bahwa kondisi demikian hanya akan membuat anak semakin merasa tidak layak. Anda perlu tahu bahwa kemampuan setiap anak itu berbeda, jadi berusahalah untuk memberinya motivasi dan dukungan terhadap potensi yang ada padanya. Terlalu dibebani. Jangan bebani anak dengan pekerjaan mekipun pekerjaan itu baik. Anak juga butuh waktu untuk istirahat. Kegiatan yang padat usai sekolah seperti les, kursus dan lainnya sudah membebani mereka. Jadi biarkan anak Anda istirahat, mungkin bisa dengan cara bermain sejenak atau tidur siang. Terlalu menuntut Terkadang ambisi orangtua kepada anak terlalu berlebihan. Mengharapkan anak agar menjadi yang terbaik dan bias dibanggakan oleh oleh orang tua. Padahal, Memikirkan ujian dan pekerjaan sekolah saja sudah menjadi beban tersendiri pada anak. Apalagi jika orang tua menuntut sesuatu yang berlebihan pada diri anak. Cara seperti ini hanya akan membuat beban pikiran pada anak akan meningkat dan bisa saja si anak menjadi stress. Lebih baik Anda percayakan saja pada kemampuan si anak. Selama dia mau berusaha dengan belajar, Anda tidak perlu menuntutnya macam-macam, karena itu semua sudah cukup berat untuknya. Orangtua hanya berkewajiban untuk mengarahkan anak bukan mengaturnya. Jadilah orangtua yang selalu mendukung anak selama itu masih baik untuknya. sumber : http://pendidikanprogresif.blogspot.com/2014/02/inilah-kesalahan-dalam-mendidik-anak.html