Jumat, 07 Februari 2014

MODEL PENDIDIKAN BAGI ANAK


Teori pendidikan anak terus berkembang dari masa ke masa, apa yang berlaku pada masa kecil orang tua kita dulu akan sangat berbeda dengan apa yang diterapkan pada masa kecil kita. Teori dan model pendidikan anak ini akan terus berkembang seiring perkembangan zaman. Lahirnya berbagai macam teori pendidikan anak tentu akan membuat pusing para orang tua, yang ini bilang begini, yang itu bilang begitu, puyeng mau mengikuti teori dan strategi yang mana, padahal kalau dipikir-pikir dan ditelaah lebih dalam semuanya menarik dan bagus. Nah, bagaimana jika semua model itu kita terapkan pada anak-anak kita? Hmmm, nanti dulu ya, semestinya perlu kita pahami bersama bahwa setiap anak terlahir dengan potensi bawaannya masing-masing, setiap anak berbeda, namun itulah yang membuat mereka istimewa. Coba saja bayangkan jika dalam sebuah taman hanya dipenuhi bunga berwarna merah saja, atau kuning saja, atau putih saja, tentu pemandangan yang kita lihat akan menjadi monoton. Lain halnya dengan sebuah taman yang di dalamnya terisi oleh beranekaragam tanaman bunga, ada yang berwarna merah, kuning, putih, ungu, dan sebagainya, maka perbedaan yang ada akan membentuk harmoni yang indah bukan?. Dan ini sama seperti gambaran anak-anak. Mereka memiliki potensi dan kecenderungan yang berbeda-beda, namun di sanalah letak keunikannya. Setiap anak akan “bekerja” sesuai porsinya, tidak bertubrukan, tidak sama, namun satu sama lain saling mengisi. Setiap anak memang diciptakan istimewa, maka dari itu setiap anak perlu kita perlakukan dengan istimewa, perlakuan ini tidak seragam karena keunikan yang dibawa oleh pribadi sang anak. Dr. Howard Gardner mengungkapkan ada 7 jenis kecerdasan yang dimiliki anak, dan masing-masing memiliki porsinya sendiri. Jika kita telah mengetahui dan memahami perbedaan yang pasti terjadi dalam setiap anak, maka sudah sepatutnya kita menyadari bahwa memilih model pendidikan anak harus didasari dengan sikap yang bijak. Artinya, tidak mesti seluruh model pendidikan yang ada harus diterapkan kepada seorang anak, namun orang tua hendaknya melihat dan mengamati potensi dan kecenderungan anak tersebut cocok dididik dengan metode seperti apa. Misalnya, anak pertama mungkin berhasil dengan pola pendidikan homeschooling. Namun, belum tentu metode ini cocok diterapkan oleh anak kedua, ketiga, dst. Anak kedua mungkin saja berhasil diajari membaca dengan metode mengeja, namun boleh jadi adiknya lebih cepat menguasai baca-tulis dengan metode glenn Domann. Maka sebagai orang tua, tuntutan untuk belajar hal-hal baru yang berkaitan dengan pendidikan anak akan terus menekan. Menjadi orang tua tidak semudah melahirkan, mengasuh, dan membesarkan saja, karena setelah itu orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama masih memiliki tugas mendidik yang akan menentukan keberhasilan anak dalam menghadapi dunia sebagai bekal akhiratnya kelak. Jadi, dari begitu banyak model pendidikan anak yang berkembang, kita bisa memilih dan memilah mana yang sekiranya cocok diterapkan untuk keluarga kita masing-masing, sesuaikan dengan kemampuan, kecenderungan, dan kapasitas ilmu yang dimiliki. SUMBER : http://pendidikanprogresif.blogspot.com/2014/01/bijak-memilih-model-pendidikan-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.