Senin, 31 Maret 2014

Akhlaq & Aqidah Istri Idaman


Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah seseorang. Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar’i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu. Sebagaimana riwayat dibawah ini: Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: “Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: “Bagaimana kalau hanya dua?” Beliau menjawab: “Juga dua.” (HR. Al-Bukhari No 1010) Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya misalnya: Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik. Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya. Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya. Akhlak Isteri Idaman. Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu: Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur. Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba). Tidak menceritakan rahasia rumah tangga, diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya.” (HR. Muslim 4/157) Isteri idaman di rumah suaminya Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendorong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah.” (Al Ahqaf 15) Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya. Membantunya dalam ketaatan. Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi. Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga. Bagus didalam mendidik anak. Penampilan: Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya. Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut: Harus minta izin suami, Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya, Tidak memakai wangi-wangian, Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar’i atau keperluan yang sangat mendesak. Sumber : unknown

Ciri-Ciri Wanita Sholehah Idaman Pria


Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah. Ciri-ciri Wanita Solehah (Wanita Idaman) Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah. Wanita muslimah tidak cukup hanya dengan muslimah saja, tetapi haruslah wanita muslimah yang sholihah karena banyak wanita muslimah yang tidak sholihah. Allah Subhaanahu wata’ala sangat memuji wanita muslimah, mu’minah yang sabar dan khusyu’. Bahkan Allah Subhaanahu wata’ala mensifati mereka sebagai para pemelihara yang taat. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman: Artinya: “Maka wanita yang sholihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’:34) Wanita shalihah adalah idaman setiap orang. Harta yang paling berharga, sebaik-baik perhiasan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: ”Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.” Alangkah indahnya jika setiap muslimah menjadi wanita yang sholihah, idaman setiap suami. Oleh karenanya seyogyanya setiap wanita bersegera untuk memperbaiki diri dan akhlaqnya agar menjadi wanita yang sholihah. Oleh karena itu kita harus mengetahui sifat dan ciri-ciri wanita sholehah, di antaranya: 1. Pertama Wanita muslimah adalah wanita yang beriman bahwa Allah Subhaanajilbabhu wata’ala adalah Rabbnya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi-Nya, serta islam pedoman hidupnya. Dampak itu semua nampak jelas dalam perkataan, perbuatan, dan amalannya. Dia akan menjauhi apa-apa yang menyebabkan murka Allah, takut dengan siksa-Nya yang teramat pedih, dan tidak menyimpang dari aturan-Nya. 2. Kedua Wanita muslimah selalu menjaga sholat lima waktu dengan wudlu’nya, khusyu’ dalam menunaikannya, dan mendirikan sholat tepat pada waktunya, sehingga tidak ada sesuatupun yang menyibukkannya dari sholat itu. Tidak ada sesuatupun yang melalaikan dari beribadah kepada Allah Subhaanahu wata’ala sehingga nampak jelas padanya buah sholat itu. Sebab sholat itu mecegah perbuatan keji dan munkar serta benteng dari perbuatan maksiat. 3. Ketiga Wanita muslimah adalah yang menjaga jilbabnya dengan rasa senang hati. Sehingga dia tidak keluar kecuali dalam keadaan berjilbab rapi, mencari perlindungan Allah dan bersyukur kepadaNya atas kehormatan yang diberikan dengan adanya hukum jilbab ini, dimana Allah Subhaanahu wata’ala menginginkan kesucian baginya dengan jilbab tersebut. Allah berfirman: Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59) 4. Keempat Wanita muslimah selalu menjaga ketaatan kepada suaminya, seiya sekata, sayang kepadanya, mengajaknya kepada kebaikan, menasihatinya, memelihara kesejahteraannya, tidak mengeraskan suara dan perkataan kepadanya, serta tidak menyakiti hatinya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: إذا صلحت المرأة خمسها وصامت شهرها وأطاعت زوجهادخلت جنّة ربّها (رواه أحمد وطبراني) 5. Kelima Wanita muslimah adalah wanita yang mendidik anak-anaknya untuk taat kepada Allah Subhaanahu wata’ala, mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar, menanamkan ke dalam hati mereka perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjauhkan mereka dari segala jenis kemaksiatan dan perilaku tercela. Allah berfirman, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6) 6. Keenam Wanita muslimah tidak berkhalwat (berduaan) dengan laki-laki bukan mahramnya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah seorang wanita itu berkhalwat dengan seorang laki-laki, kecuali setan menjadi pihak ketiganya” (Riwayat Ahmad) Dia dilarang bepergian jauh kecuali dengan mahramnya, sebagaimana pula dia tidak boleh menghadiri pasar-pasar dan tempat-tempat umum kecuali karena mendesak. Itupun harus berjilbab. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Artinya: “Seorang wanita dilarang mengadakan suatu perjalanan sejarak sehari semalam keculai disertai mahramnya” (Mutafaq Alaih) Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Diizinkan bagi kalian keluar rumah untuk keperluan kalian (wanita)” (Mutafaq Alaih) 7. Ketujuh Wanita muslimah adalah wanita yang tidak menyerupai laki-laki dalam hal-hal khusus yang menjadi ciri-ciri mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki” Juga tidak menyerupai wanita-wanita kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khusus mereka, baik berupa pakaian, maupun gerak-gerik dan tingkah laku. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: من تشبه بقوم فهو متهم(رواه أحمد، أبودٰود وغيره) 8. Kelapan Wanita muslimah selalu menyeru ke jalan Allah di kalangan wanita dengan kata-kata yang baik, baik berkunjung kepadanya, berhubungan telepon dengan saudara-saudaranya, maupun dengan sms. Di samping itu, dia mengamalkan apa yang dikatakannya serta berusaha untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari siksa Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 9. Kesembilan Wanita muslimah selalu menjaga hatinya dari syubhat maupun syahwat. Memelihara matanya dari memandang yang haram. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman: Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31) Menjaga farjinya, memelihara telinganya dari mendengarkan nyanyian dan perbuatan dosa. Memelihara semua anggota tubuhnya dari penyelewengan. Ketahuilah yang demikian itu adalah takwa. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: 10. Kesepuluh Wanita muslimah selalu menjaga waktunya agar tidak terbuang sia-sia,baik siang hari atau malamnya. Maka dia menjauhkan diri dari ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), mencaci dan hal lain yang tidak berguna. Artinya: “Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling mencari kesalahan dan bersaing dalam penawaran, namun jadilah hamba-hamba Allah yang bersatu” (Riwayat Muslim) Artinya: “Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran” (Mutaffaq Alaih) Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:12) Wanita muslimah tidak cukup hanya dengan muslimah saja, tetapi haruslah wanita muslimah yang sholihah karena banyak wanita muslimah yang tidak sholihah. Allah Subhaanahu wata’ala sangat memuji wanita muslimah, mu’minah yang sabar dan khusyu’. Bahkan Allah Subhaanahu wata’ala mensifati mereka sebagai para pemelihara yang taat. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman: Artinya: “Maka wanita yang sholihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’:34) Wanita shalihah adalah idaman setiap orang. Harta yang paling berharga, sebaik-baik perhiasan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: ”Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.” Sumber : unknown

Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan


Oleh : Ayat Al Akrash Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian, rusak oleh pujian, tidak sepenuhnya menerima pimpinan dan tidak begitu setiakawan Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban, tidak sanggup terima cobaan dan hanya ingin jadi pemimpin agar pengikut menjadi agak segan Engkau ingin berjuang, tapi kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan dan waktu tidak sanggup engkau luangkan Engkau ingin berjuang, tapi dirimu tidak engkau tingkatkan, disiplin diri engkau abaikan, janji kurang engkau tunaikan dan kasih sayang engkau abaikan Engkau ingin berjuang, tapi para tamu engkau abaikan, anak isteri engkau lupakan dan ilmu berjuang engkau tinggalkan Engkau ingin berjuang, tapi pandangan engkau tidak diselaraskan, rasa bertuhan engkau abaikan dan iman taqwa engkau lupakan - Qathrunnada - Akhwatmuslimah.com – Benarkah engkau seorang pejuang? Mengaku diri sebagai pejuang, sebagai jundullah, sebagai aktivis, namun akhlak maupun tsaqafahnya tidak mencerminkan hal itu. Mengaku diri sebagai mujahid, namun niat ternoda oleh selain-Nya. Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sindir di dalam Al Qur’an, “Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan ‘kami beriman’ sedang mereka tidak di uji lagi?” (QS. Al Ankaabut: 2-3) Sang Pejuang Sejati Masing-masing kita sebaiknya mengevaluasi diri, apakah kita memang sudah benar-benar menjadi pejuang di jalan-Nya atau jangan-jangan, baru sebatas khayalan dan angan-angan kosong belaka. Inginkan syurga, tetapi tidak siap menggadaikan diri, harta dan jiwa. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. 3:142). Ya, kita mengira akan masuk surga dengan pegorbanan yang sedikit, seakan ingin menyamakan diri dengan hukum ekonomi kapitalis, “Mendapatkan output yang sebesar-besarnya, semaksimal mungkin, dengan input yang seminimal mungkin.” Aduhai…, sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara yang besar. Dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi itu, sangat mahal harganya. Rasulullah SAW bersabda, “Generasi awal sukses karena zuhud dan teguhnya keyakinan, sedang ummat terakhir hancur karena kikir dan banyak berangan muluk kepada Allah.” Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan, gemuruh di dalam dada menjadi berkobar-kobar untuk berjuang. Tetapi sayang, ternyata hanya tersimpan di dalam dada dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhirnya lantunan nasyid. Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata. Demi Allah…, keimanan bukanlah dilihat dari yang paling keras teriakan takbirnya, bukan pula dari yang paling deras air matanya kala muhasabah, dan bukan pula dari yang paling ekspresif menunjukkan kemarahan kala melihat Israel menyerang Palestina. Bukan pula dari yang paling banyak simbol-simbol keagamaannya. Karena itu semua hanya sesaat. Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang, itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya. Pejuang yang sabar menapaki hari-hari dengan mengibarkan panji Illahi Rabbi. Yang selalu bermujahadah mengamalkan Al Qur’an. Teguh pendirian. Tak kenal henti. Hingga terminal akhir, surga. Pengorbanan Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda’wah, sudah menganggap diri telah melakukan totalitas perjuangan? Padahal para nabi tidaklah menjadikan da’wah ini hanya sekedarnya saja, tetapi sebagaimana dicantumkan dalam Surat Nuh ayat 5, “….Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam.” Pun dalam surat Al Muzzamil, “Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah.” Sejak ayat itu turun, sang nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan. Bahkan, hingga menjelang ajalnya, Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk menegakkan Al Haq. Sang pejuang, tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan, dan pakaiannya adalah sebaik-baik pakaian. Dan dengan tanpa rasa berdosa, asyik menonton sinetron-sinetron cinta dan acara gosip, mendengar lagu-lagu cinta, berghibah, perut kenyang, banyak tidur, dan mengabaikan waktu, lalu berharap mendapatkan syurga? Sangatlah jauh… bagaikan punduk merindukan rembulan. Alangkah berbedanya dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Mush’ab bin Umair dan para sahabat yang lainnya. Yang setelah mendapatkan hidayah, mereka justru menjauhi kemewahan hidup. Mereka mampu secara ekonomi, tetapi mereka tidak rela menikmati dunia yang melalaikan. Seorang pejuang harus memahami jalan mendaki yang akan dilaluinya. Sang Nabi tak pernah tertawa keras apatah lagi terbahak-bahak. Dan hal itu dikarenakan keimanan yang tinggi akan adanya hari akhir, akan adanya surga dan neraka. Ada amanah da’wah yang besar di pundaknya, lantas bagaimana mungkin seorang pejuang akan banyak bercanda? Imam Syahid Hasan Al Banna memasukkan “keseriusan” atau tidak banyak bergurau sebagai bagian dari 10 wasiatnya. Dan dikisahkan pula bahwa Sholahuddin Al Ayyubi tak pernah tertawa karena Palestina belum terbebaskan. Keringnya suasana ruhiyah di lingkungan kita, bisa jadi karena di antara kita -saat di luar halaqah- jarang saling bertaushiyah tentang hari akhir. Bahkan sungguh aneh, dapat tertawa dan tidak menyimak ketika Al Qur’an dibacakan di dalam pembukaan ta’lim. Atau saat kaset murottal diputar, mengobrol tak mengindahkan. Yang mengindikasikan bahwa Al Qur’an itu baru sampai di tenggorokan saja. “Akan tiba suatu masa dalam ummat ketika orang membaca Al Qur’an, namun hanya sebatas tenggorokannya saja (tidak masuk ke dalam hatinya).” (HR. Muslim). Dimanakah air mata keimanan? Ya Rabbi…, ampunilah kelemahan kami dalam menggusung panji-Mu… Kederisasi generasi sebaiknya tidak melulu tentang pergerakan dan mengabaikan aspek keimanan. Keimanan harus senantiasa dihembuskan dimana saja karena ia adalah motor penggerak yang hakiki. Iman adalah akar. 20 Muwashofat Sang Pejuang Setidaknya, ada 20 kriteria yang harus dimiliki pejuang, yang disarikan dari Al Qur’an dan hadits, yaitu : 1. Aqidahnya bersih (saliimul ‘aqiidah) 2. Akhlaknya solid (Matiinul khuluqi) 3. Ibadahnya benar (Shohiihul I’baadah) 4. Tubuhnya sehat dan kuat (Qowiyyul jismi) 5. Pikirannya intelek (Mutsaqqoful fikri) 6. Jiwanya bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi) 7. Mampu berusaha mencari nafkah (Qaadiirun ‘alal kasbi) 8. Efisien dalam memanfaatkan waktu (Hariisun ‘alal waqti) 9. Bermanfaat bagi orang lain (Naafi’un lighoirihi) 10. Selalu menghindari perkara yang samar-samar (Ba’iidun ‘anisy syubuhat) 11. Senantiasa menjaga dan memelihara lisan (Hifdzul lisaan) 12. Selalu istiqomah dalam kebenaran (istiqoomatun filhaqqi) 13. Senantiasa menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan (Gaddhul bashor wahifdul hurumat) 14. Lemah lembut dan suka memaafkan (Latiifun wahubbul ‘afwi) 15. Benar, jujur dan tegas (Al Haq, Al-amanah-wasyja’ah) 16. Selalu yakin dalam tindakan (Mutayaqqinun fil’amal) 17. Rendah hati (Tawadhu’) 18. Berpikir positif dan membangun (Al-fikru wal-bina’) 19. Senantiasa siap menolong (Mutanaashirun lighoirihi) 20. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Asysyidda’u ‘alal kuffar) Penutup Menjadi pejuang, hendaknya bukanlah angan-angan kita belaka. Menjadi pejuang, memiliki kriteria (muwashofat) yang harus di penuhi. Jangan sampai kita terkena hadits ini, “Akan datang suatu masa untuk ummatku ketika tidak lagi tersisa dari Al Qur’an kecuali mushafnya dan tidak tersisa Islam kecuali namanya dan mereka tetap saja menyebut diri mereka dengan nama ini meskipun mereka adalah orang yang terjauh darinya.” (Ibnu Babuya, Tsawab ul-A mal). Pejuang di jalan-Nya hendaknya bukan dari kacamata kita, tetapi dari kacamata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alangkah ruginya bila kita menganggap diri sebagai pejuang, padahal dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita tak ada apa-apanya. Maka, bersama-sama kita memuhasabahi diri, agar cinta kita kepada-Nya bukan hanya angan semata, agar cinta kita tak bertepuk sebelah tangan. Karena pembuktian cinta haruslah mengikuti dengan keinginan yang dicinta. Jika tidak, maka patut dipertanyakan kebenaran cintanya itu. Cinta sejati, tidak hanya dimulut dan disimpan di dalam dada saja, tetapi harus dibuktikan, agar sang kekasih percaya bahwa kita mencintainya. Kita mencintai-Nya dan Dia pun mencintai kita. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya….” (QS. Al Maidah : 54 – 56). [Ayatalakrash]

Siksaan Cinta untuk Orang yang Mabuk Cinta


Cinta. Cinta menurut sebahagian orang adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang. Setiap pemuda atau pemudi akan muncul sebentuk perasaaan untuk mencintai dan ingin dicintai oleh lawan jenisnya. Sebuah naluri… Dalam pencarian cinta timbul berbagai gejolak, ada perasaan rindu, gelisah dan bahagia. Saat ini mungkin ada di antara saudaraku yang tengah galau dilanda cinta. Hati berdebar, tak dapat belajar dengan baik, selalu teringat pada sang kekasih. Bila ia ada di sisimu engkau menangis karena takut berpisah dan bila ia berada jauh darimu engkau menangis karena rindu… Hati sengsara, meskipun cinta itu manis rasanya… Hari demi hari engkau sibukkan pikiranmu tentangnya. Bagaimana bila ia marah? Bagaimana bila kehilangan dirinya? Semua pikiran itu…, sungguh-sungguh menyesakkan dadamu, terlebih bila kerinduanmu memuncak. Atau bahkan engkau sibuk mencari perhatiannya, menelfonnya setiap hari dan mau melakukan apa saja untuknya asalkan ia selalu bersamamu. Kisah Seorang Muslimah Tapi wahai saudaraku, tahukah engkau, itukah arti cinta bagimu? Mari kita dengar bersama. Seorang muslimah pernah bercerita bagaimana ia dahulu telah terperangkap dalam cinta yang tak tentu dan tak pasti. Ia mencari-cari cinta dan entah mengapa ia merasa terlindungi dengan seorang laki-laki di sisinya sehingga ada yang melindunginya, memperhatikannya dan menyayanginya. Ia menyukai dan berupaya agar sang pujaan hati menjadi miliknya. Namun, apa yang terjadi setelah ia mendapatkan hati sang kekasih? Entah dari mana datangnya (pastilah hidayah AllahSubhanahu wa Ta’la) ia merasakan takut bila kematian menjemputnya maka apa yang akan ia katakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’la, sedang setiap hari melakukan dosa. Terlebih ia pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda, “Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik kecuali dalam amalan untuk akhirat.” Ia pernah berfikir untuk bertaubat di kemudian hari saja. Namun ia berfikir pula, bagaimana bila kematian itu datang kepadanya dengan tiba-tiba… Terjadi gejolak dalam hatinya antara yang haq dan yang batil… Yang manakah yang akan dimenangkannya? “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)… Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS.An Nazi’at : 37- 41). Alhamdulillah, ia memilih jalan Illahi, mengenakan jilbab, dan memutuskan hubungan dengan pria itu. Memutuskan dengan apa yang disebut “pacaran”. Membuang jauh cinta nafsu yang tiada gunanya, yang hanya membuang-buang waktu. Kelak, yang ia inginkan hanyalah hubungan halal, pernikahan. Pernikahan dengan pria yang shaleh. Kini…, ia mencari perlindungan hanya dari Allah Subhanahu wa Ta’la. Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’lasebagai sebaik-baik pelindung… Cintai Penciptamu Allah Subhanahu wa Ta’la, lupakah engkau akan Dia? Coba engkau fikirkan.. Sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’la yang mencintaimu. Bagaimana tidak? Sedang Ia yang menciptakanmu, Ia yang memberimu makan setiap hari dan hanya Ia yang mengertimu melebihi dirimu sendiri. Bila engkau menyangka bahwa manusialah yang menyayangimu, engkau salah besar saudaraku. Siapakah yang menciptakan manusia-manusia itu? Allah Subhanahu wa Ta’la. Siapakah yang menumbuhkan rasa sayang di dada manusia-manusia itu hingga sampai kepadamu? Allah Subhanahu wa Ta’la. Jadi, siapakah yang yang benar-benar mencintaimu? Allah Subhanahu wa Ta’la. Lalu kepada siapakah sepatutnya, selayaknya dan seharusnya engkau serahkan cintamu? Kejam sekali bila engkau menjawab akan memberikan cintamu kepada selain Dia. Apakah engkau hendak membuat tandingan dalam mencintai Allah Subhanahu wa Ta’la? “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, maka mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal).“ (QS. Al Baqarah : 165) Yang paling mengherankan adalah bila engkau beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’la namun engkau tidak mencintai-Nya, engkau membutuhkan-Nya namun engkau berpaling dari-Nya. Wahai saudaraku kaum muslimin… Sadarkah engkau…, bagaimanapun durhakanya dirimu, Allah Subhanahu wa Ta’la tetap memberikan rahmat-Nya padamu. Ia sungguh Maha Pemurah Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Selangkah kau pada-Nya seribu langkah Ia padamu. “Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah ia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hamba-Nya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. “ ( HR. Al Hakim) Tingkat Cinta Ada 3 macam cinta di dalam hidup ini : 1. Cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ladan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam 2. Cinta tengah adalah cinta kepada orang tua, saudara, suami/isteri, kerabat karena Allah Subhanahu wa Ta’la 3. Cinta terendah adalah cinta yang menomorduakan Allah Subhanahu wa Ta’ladan Rasul-Nya. Tanda-Tanda Cinta Saudaraku kaum muslimin, ulama Ibnu Qayim Al Jauziah mendefinisikan seseorang dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada tanda-tanda : 1. Menghujamkan pandangan mata Dapatlah kita ketahui orang yang dimabuk cinta akan selalu memandang kepada yang dicinta. 2. Malu-malu bila yang dicinta memandangnya Itulah salah satu sebab mengapa Rasulullah SAW melarang shalat dengan menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah sebagai adab menghadap Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila pengikutnya berani menatap wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda hormat dan segan. 3. Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.“ (QS. Al Anfal : 45) 4. Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya daripada kepentingan sendiri. “Katakanlah : “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran :31) 5. Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya “ Bacalah Al Qur’an kepadaku.” “Adakah saya membacakannya kepada engkau, padahal ia diturunkan kepada engkau? “ Rasulullah menjawab, “Aku suka diriku mendengarkannya dari orang lain.“ Maka saya membacakan sejak permulaan hingga ayat : “Maka bagaimanakah (keadaan orang-orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dati tiap-tiap ummat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai ummatmu).“ (QS. An Nisaa: 41). Beliau bersabda,” Cukup sampai di situ.” Maka saya mengangkat kepala memandang beliau, yang ternyata beliau meneteskan air mata. (HR. Bukhari & Muslim) 6. Mencintai rumah dan tempat kekasih Ribuan kaum muslimin setiap tahunnya mendatangi Ka’bah. Mereka meninggalkan negeri mereka menuju Mekkah demi memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’la. (QS. 2:26-27) 7. Mencintai apapun yang dicintai kekasih Anas bin Malik menyenangi labu, karena dia melihat Nabi i>Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu memandang ke arah hidangan labu di atas mangkuk. 8. Berkurban untuk mendapatkan keridhaan yang dicinta “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu’min dan dari diri mereka sendiri. “ (QS.Al Ahzab : 6) Cinta Sejati Mengapakah saudaraku kaum muslimin seringkali kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’la hanya bila ditimpa kesusahan saja, sedang dikala senang engkau tertawa sepuasnya hingga lupa akan Allah Subhanahu wa Ta’la. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’la selalu bersama hamba-hambaNya dikala suka dan duka… Sadarkah kau, Allah Subhanahu wa Ta’laitu kekal, sedangkan makhluk-Nya dapat binasa. Bagaimana mungkin engkau mengharapkan cinta manusia yang tak kekal, terlebih mencintai manusia yang dia sendiripun tak tahu sampai kapan akan memberikan cintanya kepadamu… Yang demikian itu akan membuatmu terombang-ambing pada cinta yang tak jelas adanya, menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan dalam hatimu. Sampai kapankah engkau akan terus dalam keadaan seperti ini? Rasulullah SAW bersabda : “Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. “ (HR.Athabrani) Engkau akan sangat rugi bila memperturutkan cinta nafsumu. Cinta nafsu itu akan hilang seiring dengan waktu, sedang cinta Allah Subhanahu wa Ta’laitu kekal. Sejak engkau berupa setetes mani hingga kelak engkau di surga atau neraka, Allah Subhanahu wa Ta’la-lah yang selalu bersamamu. Orang tua hanya menemanimu sejak engkau lahir hingga kematianmu. Demikian pula kekasih, hanya bersamamu dalam beberapa masa. Saudaraku, dalam satu hati tidak mungkin ada dua cinta, salah satunya harus kau keluarkan dari hatimu. Ingatlah, barangsiapa mencintai selain Allah Subhanahu wa Ta’la, maka ia akan disiksa denga cinta kepada selain-Nya itu. Bila engkau rasakan gelisah setiap hari, hati berdebar tak tenteram, kerinduan yang menyesakkan dada, maka berhati-hatilah karena bisa jadi siksa Allah Subhanahu wa Ta’la itu, telah diturunkan atasmu. Pada hatimu. (ANW) sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2011/06/63/siksaan-cinta-untuk-orang-yang-mabuk-cinta/

Cinta Bersemi di Pelaminan


Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab. Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra. Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh sang istri tuan rumah. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu. Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit. Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh. Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan. Oleh Anis Matta (buku Serial Cinta)

Inilah Alasan Ilmiah di Balik Larangan Berduaan (Khalwat) Pria dan Wanita


Akhwatmuslimah.com – Perintah untuk tidak berkhalwat (berdua-duaan) antara seorang pria dan wanita yang bukan mahram selama ini dipatuhi seorang mukmin sebagai ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi, jarang dari kita yang mengetahui alasan ilmiah di balik perintah itu. Kenapa hal tersebut dilarang dan dianggap berbahaya oleh syariat Islam? Bagian tubuh kita yang mana yang ternyata berpengaruh terhadap kondisi khalwat itu? Baru-baru ini, sebuah penelitian membuktikan bahaya berkhalwat tersebut. Para peneliti di Universitas Valencia menegaskan bahwa seorang yang berkhalwat dengan wanita menjadi daya tarik yang akan menyebabkan kenaikan sekresi hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang bertanggung jawab terjadinya stres dalam tubuh. Meskipun subjek penelitian mencoba untuk melakukan penelitian atau hanya berpikir tentang wanita yang sendirian denganya hanya dalam sebuah simulasi penelitian. Namun hal tersebut tidak mampu mencegah tubuh dari sekresi hormon tersebut. “Cukuplah anda duduk selama lima menit dengan seorang wanita. Anda akan memiliki proporsi tinggi dalam peningkatan hormon tersebut,” inilah temuan studi ilmiah baru-baru ini yang dimuat pada Daily Telegraph! Para ilmuwan mengatakan bahwa hormon kortisol sangat penting bagi tubuh dan berguna untuk kinerja tubuh tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, namun jika meningkat hormon dalam tubuh dan berulang terus proses tersebut, maka yang demikian dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dan berakibat pada diabetes dan penyakit lainnya yang mungkin meningkatkan nafsu seksual. khalwatBentuk yang menyerupai alat proses hormon penelitian tersebut berkata bahwa stres yang tinggi hanya terjadi ketika seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita asing (bukan mahram), dan stres tersebut akan terus meningkat pada saat wanitanyamemiliki daya tarik lebih besar! Tentu saja, ketika seorang pria bersama dengan wanita yang merupakan saudaranya sendiri atau saudara dekat atau ibunya sendiri tidak akan terjadi efek dari hormon kortisol. Seperti halnya ketika pria duduk dengan seorang pria aneh, hormon ini tidak naik. Hanya ketika sendirian dengan seorang pria dan seorang wanita yang aneh! Para peneliti mengatakan bahwa pria ketika ada perempuan asing disisinya, dirinya dapat membayangkan bagaimana membangun hubungan dengannya (jika tidak emosional), dan dalam penelitian lain, para ilmuwan menekankan bahwa situasi ini (untuk melihat wanita dan berpikir tentang mereka) jika diulang, mereka memimpin dari waktu ke waktu untuk penyakit kronis dan masalah psikologis seperti depresi. Nabi saw mengharaman khalwat Kita semua tahu hadits yang terkenal yang mengatakan: “Tidaknya ada orang yang seorang laki-laki berkhlawat dengan wanita kecuali setan adalah yang ketiga, hadits ini menegaskan diharamkannya berkhalwat bagi seorang pria dengan wanita asing atau bukan mahramnya . karena itu Nabi saw melalui syariat ini menginginkan kita menghindari banyak penyakit sosial dan fisik. Ketika seorang beriman mampu menghindari diri dari melihat wanita (yang bukan mahram) dan menghindari diri dari berkhalwat dengan mereka, maka ia mampu mencegah penyebaran amoralitas dan dengan demikian melindungi masyarakat dari penyakit epidemi dan masalah sosial, dan mencegah individu dari berbagai penyakit … Kami sampaikan kepada mereka yang tidak puas dengan agama kami yang hanif: Bukankah Islam sebagai agama layak dihormati dan diikuti? mnh/alkaheel Sumber : Eramuslim

Perencanaan Karir


Akhwatmuslimah.com – Pembicaraan mengenai karir belum banyak terungkap di kalangan aktivis dakwah. Buktinya? Tanyakanlah kepada 10 orang yang anda kenal sebagai aktivis dakwah (sekolah ataupun kampus) mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah menyelesaikan studinya? Lebih kongkrit lagi, apa sih pekerjaan yang akan mereka tekuni untuk mendapatkan penghasilan? Saya yakin, paling tidak saya pernah bertanya kepada lebih dari 10 orang aktivis kampus, dari sepuluh orang itu yang bisa menjawab secara meyakinkan paling banyak hanya satu orang. Yah, satu orang! Banyak hal yang bisa diungkapkan untuk menjelaskan fenomena ini. Satu diantaranya adalah, ketidakjelasan orientasi masa depan, terutama yang berkaitan dengan sumber penghasilan kita, ya karir itu. Padahal, kalau kita mengetahui peran dan fungsi karir dalam aktivitas sebagai da’i, optimalisasi dan efektivitas kita sebagai da’i akan sangat terbantu bila kita memahaminya. Perencanaan karir, sama halnya dengan perencanaan yang lain, akan memberikan arah/orientasi terhadap apa yang akan kita lakukan di masa depan terkait dengan apa yang akan kita lakukan sebagai sumber penghasilan kita. Perencanaan karir memungkinkan bagi kita untuk mengambil langkah-langkah strategis dan taktis dalam aktivitas keseharian kita, sehingga kita lebih terfokus untuk menuju hal yang memang kita ingin lakukan, tidak hanya sekedar mengikuti arus dan tren yang berkembang saja. Perencanaan karir akan membuat berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai diri kita, terutama mengenai kelebihan-kelebihan kita, hal-hal yang kita sukai dan nilai-nilai yang kita yakini dalam diri kita atau bahkan kekurangan diri dan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan. Sangat mungkin terjadi pada kita, biala tidak memiliki perencanaan karir yang matang, tidak akan pernah memiliki orientasi yang jelas terhadap apa yang akan menjadi sumber penghasilan kehiduoan kita. Pikiran, tenaga dan aktivitas kita pun tidak akan terfokus pada hal yang benar-benar kita inginkan, melainkan lebih kepada apa yang sedang menjadi tren. Contoh sederhana misalnya, kalau sejak awal kita telah memutuskan untuk berkarir dalam pengembangan penjualan/penerbitan buku dan majalah, kita tidak perlu sibuk membeli koran untuk mencari lowongan pekerjaan atau tanya sana-sini mengenai pekerjaan ”apa saja yang penting kerja”. Kita akan lebih produktif misalnya, mencari tahu kepada penerbit/toko buku yang sukses dalam usahanya, bahkan mungkin kita perlu masuk dalam barisan toko buku itu untuk mengetahui core business strategicnya, sehingga di kemudian hari kita bisa lebih mengembangkannya lagi. Bila sejak awal kita ingin mengembangkan karir dengan menjadi pegawai/karyawan/staff di perusahaan, atau institusi lainnya, maka pelatihan yang lebih bermanfaat untuk kita ikuti adalah bagaimana menembus dunia kerja, menulis resume secara efektif, memenangkan wawancara atau mengahadapi tes masuk calon karyawan, dibandingkan ikut pelatihan jurnalistik atau entrepreneurship. Perencanaan karir membuat kita dapat melihat secara lebih jelas lagi mengenai sumber penghasilan bagi kebutuhan hidup kita. Karir berbeda dengan perkerjaan, karir bisa berupa pekerjaan tetapi pekerjaan belum tentu sebuah karir. Begini ceritanya, dalam kamus Poerwadarminta makna karir sebenarnya adalah ”kemajuan dalam kehidupan; perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya”. Sementara pekerjaan dimaknai sebagai ”kegiatan-kegiatan untuk mencari nafkah”. Jadi, ”karir” adalah pekerjaan juga, tetapi bukan sembarang pekerjaan. Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah disebut sebagai ”karir” hanya apabila ia memberikan peluang untuk maju dan berkembang. Kebayang bedanya? Misalnya, kalau pekerjaannya menjadi penjaga pintu tol? Atau petugas administrasi? Resepsionis? Itu pekerjaan atau karir yah? Kita tentunya tidak ingin hanya sekedar ”bekerja” saja dan mendapat penghasilan, lebih dari itu disamping kita memiliki misi besar untuk mengkondisikan lingkungan kita untuk terwarnai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini semakin mengharuskan kita untuk berpikir dan merencanakan tentang karir ketimbang sekedar bekerja. Kecuali jika memang sejak awal, kita sudah memutuskan untuk ”yang penting kerja!” ya sudah. Anda akan melewatkan begitu banyak kesenangan dan kenikmatan dalm mengeksplorasi dan mengelaborasi diri dalam berbagai potensi yang Allah telah berikan kepada kita. Akhirnya, kita sulit untuk menjadikan diri kita sebagai penentu dalam pekerejaan kita, kita sulit mengarahkan apalagi mengembangkan apa yang kita lakukan, karena kita tidak mempunyai peta dari perjalanan karir kita, yang mungkin juga perjalanan hidup kita. Jadi, apa sih ”makhluk” perencanaan karir itu? Perencanaan karir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara terarah dan terfokus dengan berdasarkan pada potensi (minat/bakat/kemampuan/keyakinan/nilai-nilai) yang kita miliki untuk mendapatkan sumber penghasilan yang memungkinkan kita untuk maju dan berkembang baik secara kualitas (hidup) maupun kuantitas (gaji/jabatan dan tanggung jawab yang kita dapatkan). Huuh.. nangkep khan? Secara global perencanaan karir itu terdiri dari 8 langkah, yaitu: 1. Mengembangkan rencana karir. Pikirkanlah mengenai apa yang akan kta lakukan dan langkah-langkah strategis apa yang dibutuhkan untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan. 2. Tinjaulah kemampuan serta minat yang kita miliki. Pikirkan secara serius dan mendalam hal-hal yang kita sukai, mampu kita kerjakan dengan baik, kepribadian yang kita miliki serta nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya. 3. Cobalah mencari tahu jenis-jenis karir/pekerjaan yang mendekati dengan diri kita, ya itu tadi, kemampuan serta minat yang kita miliki, latar belakang pendidikan kita, gaji yang kita harapkan, kondisi kerja yang kita inginkan serta hal-hal lain yang akan memberikan kejelasan arah dan fokus karir/pekerjaan kita. 4. Selanjutnya, bandingkanlah keterampilan dan mina tyang kita miliki dengan jenis karir/pekerjaan yang telah kita pilih. Jadi, karir/pekerjaan yang paling sesuai dan dekat dengan diri kita sangat mungkin menjadi karir/pekerjaan bagi kita. 5. Kembangkanlah tujuan karir/ pekerjaan yang kita pilih. Hal ini akan menjadi panduan yang sangat penting bagi kita untuk menyusun langkah-langkah taktis selanjutnya. 6. Ikutilah pendidikan atau pelatihan yang mendekatkan kita dengan tujuan karir/perkerjaan yang telah kita buat. 7. Hal penting yang tidak boleh dilewatkan adalah masalah keuangan. Kita mungkin akan berpikir mengenai sumber-sumber dan besarnya uang yang kita butuhkan untuk mewujudkan karir kita. 8. Cobalah minta nasehat dari beberapa sumber yang anda yakini dapat membantu anda memberikan penjelasan dan arahan megenai karir/pekerjaan pilihan anda. Gimana, kebayang kan perjalanan perencanaan karir kita? So…? Kalau kita yakin bahwa perencanaan karir kita ini lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya, do it now! Memang, orang yang memiliki perencanaan karir belum dapat dipastikan akan memperoleh apa yang dia inginkan, tapi sudah dapat dipastikan bahwa orang yang tidak memiliki perencanaan karir tidak akan mendapatkan apa-apa. [ANW] Oleh : Didit Rahardi, S.Psi. Lembaga Pengembangan SDM Insanika Sumber : Majalah Al Izzah

3 Simpanan Terbaik


Tahun 2013 akan segera berakhir. Kini, kita telah berada di Jum’at terakhir bulan Desember 2013. Tinggal hitungan hari tahun masehi akan berganti menjadi 2014. Mengambil momentum pergantian tahun ini, seiring dengan kesibukan perusahaan dan instansi pemerintah menutup pembukuan dan menghitung aset, khutbah Jum’at kali ini mengingatkan kita tentang aset lain yang jauh lebih berharga. Tentang simpanan yang lebih baik. Karenanya Khutbah Jum’at edisi 24 Shafar 1435 H bertepatan 27 Desember 2013 ini mengambil tema 3 Simpanan Terbaik. KHUTBAH PERTAMA إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Kita kini telah berada di penghujung tahun 2013. Dalam beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun 2014. Di akhir tahun seperti ini, perusahaan dan instansi pemerintah menutup pembukuannya, membuat neraca, mendata aset dan simpanannya. Kita pun sebagai pribadi bisa jadi memanfaatkan momentum ini untuk menghitung-hitung aset, tabungan dan simpanan kita. Namun, ada simpanan terbaik yang semestinya tidak kita lupakan. 3 simpanan terbaik yang seharusnya lebih kita perhatikan karena ketiga hal ini bukan hanya membawa kebahagiaan di dunia, tetapi juga membawa kebahagiaan di akhirat yang bermuara di surga. قَلْبٌ شَاكِرٌ وَ لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَ زَوْجَةٌ صَالِحَةٌ تُعِيْنُكَ عَلَى أَمْرِ دُنْيَاكَ وَ دِيْنِكَ خَيْرٌ مَا أَكْثَرَ النَّاسِ “Hati yang bersyukur, lisan yang berzikir dan istri shalihah yang menolongmu atas urusan dunia dan akhiratmu adalah sebaik-baik simpanan manusia” (HR. Baihaqi) يَا مُعَاذُ، قَلْبًا شَاكِرًا، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، وَزَوْجَةً صَالِحَةً تُعِينُكَ عَلَى أَمْرِ دُنْيَاكَ وَدِينِكَ خَيْرُ مَا اكْتَسَبَهُ النَّاسُ “Hati yang bersyukur, lisan yang berzikir dan istri shalihah yang menolongmu atas urusan dunia dan akhiratmu adalah sebaik-baik simpanan manusia” (HR. Thabrani) Hati yang Bersyukur Hati yang bersyukur adalah sumber kebahagiaan. Ia merasa puas dan karenanya jiwanya menjadi tenang. Dia tidak gelisah dan tidak menderita. Bahkan, syukur menjadi simpanan terbaik karena ia melipatgandakan nikmat dan membuatnya menjadi barakah. وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan Ingatlah, Tuhanmu telah memaklumkan, ‘Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambah (nikmat) untukmu, dan jika kamu kufur sesungguhnya adzabKu sangat pedih’” (QS. Ibrahim : 7) Dalam surat Luqman ayat ke-12 Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mengingatkan bahwa syukur seorang hamba kepada Allah pada hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri. Allah tidak membutuhkan terima kasih, Allah tidak membutuhkan syukur manusia, tetapi manusialah yang membutuhkan Allah. وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ "Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, 'Bersyukurlah kepada Allah, barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya syukurnya untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang kufur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji'" (QS. Luqman : 12) Hati yang bersyukur bukan hanya ditandai dengan lisan yang mengucapkan hamdalah. Tetapi hati yang bersyukur mewujud dalam lisan yang memuji Allah atas nikmatNya, menggunakan nikmat itu untuk beribadah kepadaNya dan memanfaatkan nikmat itu dijalanNya. Lisan yang Berdzikir Simpanan terbaik kedua adalah dzikir. Seseorang yang berzikir, maka ia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ "Orang-orang yang beriman, hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang" (QS. Ar Ra'du : 28) Kita lihat saat ini, jumlah orang yang stres dan depresi semakin banyak. Tidak sedikit diantara mereka adalah orang-orang kaya, orang-orang yang memiliki simpanan materi dalam jumlah banyak. Tetapi mereka tidak tenang, mereka tidak bahagia. Bahkan kemudian mereka mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Menurut data WHO pada 2010, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Sepanjang tahun 2013 ini angka bunuh diri diperkirakan mencapai 4.500 jiwa. Bunuh diri ini tidak akan terjadi pada orang-orang beriman yang selalu berdzikir kepada Allah. Sebab Allah telah menjamin bahwa mereka yang berdzikir dengan benar, maka hatinya akan tenang. Mungkin ia menghadapi persoalan hidup yang rumit, mungkin suatu saat ia mendapatkan masalah besar dalam kehidupannya, tetapi dengan menjaga dzikrullah, Allah akan membersamainya. Allah akan memberikan kemudahan baginya, di samping ketenangan yang menyelimuti jiwanya. Rasulullah mensabdakan firman Allah dalam hadits qudsi : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ أَنَا مَعَ عَبْدِى إِذَا هُوَ ذَكَرَنِى وَتَحَرَّكَتْ بِى شَفَتَاهُ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: "Aku (senantiasa) bersama hamba-Ku, selama ia berdzikir kepada-Ku dan lisannya bergerak menyebut nama-Ku" (HR. Ibnu Majah, "shahih") Istri Shalihah Simpanan terbaik ketiga adalah istri shalihah yang membantu suaminya dalam urusan dunia dan agama. Istri shalihah, mereka setia dan taat kepada Allah dan rasulNya. Kesetiaan dan ketaatan itu kemudian membawa mereka menjadi istri yang setia dan taat kepada suaminya. Istri seperti inilah yang menjadi sumber kebahagiaan. Ia menjadi penyejuk mata bagi suami, sehingga dalam kondisi apapun, meski terbatas secara materi tetapi jika seorang laki-laki memiliki istri yang shalihah, ia akan lebih mudah tenang dan bahagia. Dan inilah doa yang diajarkan oleh Al Qur'an agar kita panjatkan bersama: رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa" (QS. Al Furqan : 74) Sebaliknya, meskipun seseorang hidup bergelimang harta, punya jabatan tinggi, apalah artinya kalau keluarganya berantakan lantaran memiliki istri yang durhaka. Harta dan jabatan serasa tak berguna. Kesuksesan yang dibangun sekian tahun seakan musnah sia-sia. Dan kita patut waspada, sebab angka perceraian semakin tinggi. Menurut data Kementerian Agama, angka perceraian mencapai 212.000 per tahun. Dan diantara angka itu, sebagiannya rumah tangga bubar karena faktor perselingkuhan. Na'udzubillah min dzalik. Benarlah wasiat Rasulullah kepada laki-laki yang akan menikah: تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ "Wanita itu dinikahi karena empat perkara; hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, maka kamu akan beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim) Istri shalihah, ia bukan hanya membahagiakan di dunia tetapi juga menguatkan keimanan dan bersama-sama kita meningkatkan ibadah dan ketaqwaa. Maka inilah yang menjadi cita-cita terbaik setiap muslim; menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ridha dan ampunan-Nya; kemudian mendapatkan rahmat Allah, berkumpul kembali menjadi pasangan yang berbahagia di surgaNya. وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين KHUTBAH KEDUA الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ [Khutbah Jum'at edisi 24 Shafar 1435 H bertepatan dengan 27 Desember 2013 M; Bersama Dakwah]

Kisah Nyata : Inilah Alasanku Berhenti Menjadi Wanita Karir


Akhwatmuslimah.com – Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan. Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”. “Belum ”, jawabku datar. Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?” Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan. “Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “Menunggu suami” jawabnya pendek. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?” Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga. “Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati. “Kenapa?” tanyaku lagi. Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas. Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja. “Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ? Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”. Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.” Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya. “Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini” “Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara. “Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.” Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan. “Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat. “anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ? Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ? Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ? Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ? Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ? Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu. Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku. Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho. Ya Allah…. Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah…Allahu Akbar Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya.. sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2013/11/1451/kisah-nyata-inilah-alasanku-berhenti-menjadi-wanita-karir/?fb_action_ids=701010359963586&fb_action_types=og.likes&fb_ref=below-post

Ada Apa dengan Usia 40 Tahun?


Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama pada usia 40 tahu. setelah menerima wahyu, 13 tahun waktunya ia gunakan untuk berdakwa di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Nabi Muhammad wafat pada usia 63 tahun. Dengan usia yang relatif tak terlalu panjang, Nabi Muhammad, telah mewariskan Dinul Islam kepada tak kurang dari 2 muliar umat Islam. Umar bin Abdu Aziz, seorang amiril mukminin yang sangat populer dengan keadilannya, kejujurannya dan keberhasilannya menekan angka kemiskinan bahkan sangat sulit mencari orang yang sangat miskin pada masa pemerintahannya, ternyata usianya hanya 35 tahun. Harus Al Rasyid, seorang ulama juga hanya berusia 33 tahun.Muhammad Al Fatih, saat memimpin perang untuk menaklukkan Konstantinopel, ternyata ia baru berusia 25 tahun. Usia yang sangat muda untuk memimpin pasukan perang. Lalu, KH. Ahmad Dahlan, tutup usia pada umur 35 tahun. Tapi dalam usia yang tergolong masih muda jika dibandingkan dengan usia rata-rata harapan hidup rakyat Indonesia, KH. Ahmad Dahlan, telah memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap bangsa dan negara Indonesia. Berapa banyak sekolah, pesanteren, lembaga pendidikan, universitas, rumah sakit, panti asuhan,lembaga keuangan, percetakan, toko buku, milik Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Nusantara, berapa banyak yang hidup dari Muhammadiyah. Itu semua tak bisa dilepaskan dari jasa-jasa yang ditanam KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri persyarikatkan Muhammadiyah. “Karya itu ditorehkan KH Ahmad Dahlan, yang wafat dalam usia muda. Paparan itu disampaikan Ustadz Jamaludin Ahmad, Psikolog, direksi Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Timur, dalam pengajian bulanan Majelis Tabligh, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Bekasi, di masjid Al Jihad, komplek perguruan Muhammadiyah, Jalan Mangunsarkoro, Kota Bekasi, Ahad (23/3/14), sengan topik “Rahasia dan Makna Usia 40 tahun” Inti dari kajian itu bagaimana kita memenej waktu agar usia yang kita lalui itu bermakna dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak. Ustadz Jamaludin memulai kajian itu dengan menjelaskan surat Al Asr yaitu ; Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasehati untuk kesabara. Menurut Jamaludin, ayat ini menjadi salah satu ayat yang diajakarkan KH. Ahmad Dahlan ke santri-santrinya, selama 6 bulan, lalu dilanjutkan ke surat Al Maun. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang shalat, yaitu orang lalai terhadap shalatnya, yang berfbuat riya, dan enggan memberikan bantuan. Yang menarik, ternyata usia yang panjang belum tentu akan dapat menghantarkan seseorang untuk masuk surga, jika tidak dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.Sebaliknya usia yang pendek tak menutup kemungkinan untuk melakukan kabikan-kebaikan yang bermanfaat untuk orang banyak dan bisa dinikmati dalam yaktu yang panjang seperti apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad dan tokoh-tokoh yang dikemukakan di atas. Jadi bukan soal panjangnya usia tapi bagaimana kita menggunakan usia kita agar lebih bermanfaat. Kita boleh menghitung selama 24 jam itu berapa banyak waktu kita untuk kebaikan dan berapa waktu yang terbuang percuma. Padahal waktu yang sudah lalu tak akan kembali. Jamaludin menggambarkan kalau dalam 24 jam itu, yang dinukan untuk tidur 8 jam, wakktu untuk perjalanan ke kantor pergi pulang 2 jam, nonton TV 1 jam, Fecbook, chating, SMS, 2 jam, mandi, MCK, rias 2 jam, shalat, zhikir 1 jam, shopping dan belanja 3 jam. Itu sebagi gambaran bagaimana kita menggunakan waktu. Jika waktu itu tak digunakan untuk kebaikan, sisa waktu kita sangat sedikit. Oleh karena itu katanya jika waktu tak dimenej maka waktu akan hilang sia-sia. [Imran Nasution/bekasi-kota.muhammadiyah]

Keajaiban Shalat Dhuha


Banyak Muslim yang meyakini bahwa salah satu keajaiban shalat Dhuha adalah memperlancar rezeki. Lebih dari itu, banyak pula Muslim yang telah membuktikan bahwa setelah rutin mengerjakan shalat Dhuha, rezekinya menjadi lebih lancar. Mengapa demikian? Mari kita perhatikan hadits-hadits yang mengaitkan shalat Dhuha dengan rezeki berikut ini: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى “Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan shadaqahnya. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, dan melarang berbuat munkar adalah shadaqah. Semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim) فِى الإِنْسَانِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ مَفْصِلاً فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهُ بِصَدَقَةٍ. قَالُوا وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا وَالشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُكَ “Di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan shadaqahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?” Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah shadaqah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah shadaqah. Maka jika engkau tidak menemukannya (shadaqah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud) Dalam dua hadits ini dan hadits-hadits lain yang senada, Shalat Dhuha bernilai sedekah. Bukan sembarang sedekah, tetapi 360 sedekah. Sedangkan tiap sedekah akan dilipatgandakan oleh Allah. Subhanallah. Berikutnya, dalam hadits Qudsi Allah berfirman akan menjamin rezeki hamba-hambaNya yang menjaga shalat Dhuha. يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad) Ketiga, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan derajatnya hasan shahih menurut Syaikh Al Albani. بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَرِيَّةً فَغَنِمُوا وَأَسْرَعُوا الرَّجْعَةَ فَتَحَدَّثَ النَّاسُ بِقُرْبِ مَغْزَاهُمْ وَكَثْرَةِ غَنِيمَتِهِمْ وَسُرْعَةِ رَجْعَتِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَقْرَبَ مِنْهُ مَغْزًى وَأَكْثَرَ غَنِيمَةً وَأَوْشَكَ رَجْعَةً مَنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لِسُبْحَةِ الضُّحَى فَهُوَ أَقْرَبُ مَغْزًى وَأَكْثَرُ غَنِيمَةً وَأَوْشَكُ رَجْعَةً Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirimkan sepasukan tentara, lalu mereka berhasil memperoleh harta rampasan perang yang banyak dan bergegas pulang. Kesuksesan perang, harta rampasan yang banyak dan pasukan kembali dengan selamat menjadi buah bibir di masyarakat. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih banyak memperoleh harta rampasan, bahkan keberhasilannya lebih cepat dibandingkan pasukan tentara itu? Hendaklah seseorang berwudhu lalu pergi ke masjid untuk mengerjakan shalat Dhuha. Maka orang itulah yang lebih cepat memenangkan peperangan, lebih banyak meraih harta rampasan dan lebih segera meraih kesuksesan.” (HR. Ahmad; hasan shahih) Jika pada hadits-hadits sebelumnya shalat Dhuha dikaitkan dengan sedekah dan rezeki, pada hadits ini shalat Dhuha bahkan membuat orang yang mengerjakannya dapat meraih kesuksesan dengan segera. Subhanallah, demikianlah keajaiban shalat dhuha. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida] sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/02/keajaiban-shalat-dhuha.html

Tak Mau Shalat Malamnya Diketahui Orang Lain?


Malam itu, muktamar baru saja usai. Lelah menghampiri setelah pikiran dan fisik terkuras. Tak terkecuali Imam Hasan Al Banna dan Umar Tilmisani. Keduanya pun beristirahat di ruangan yang sama. “Wahai Umar apakah kamu sudah tidur?” tanya Hasan Al Banna kepada Umar Tilmisani yang berbaring tak jauh darinya. “Belum” Beberapa saat kemudian Hasan Al Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama dan dijawab oleh Umar dengan jawaban yang sama. “Nanti kalau beliau bertanya lagi, saya tidak akan menjawabnya,” kata Umar dalam hati. Ketika Hasan Al Banna kembali mengulangi perkataannya, Umar pun diam. Mengira Umar sudah tidur, Hasan Al Banna keluar pelan-pelan, mengendap-endap. Beliau meninggalkan kamar menuju tempat wudhu. Selesai berwudhu, Hasan Al Banna pergi ke salah satu ruangan paling ujung. Menggelar sajadah, bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla. Bukan hanya Hasan Al Banna yang melakukan hal demikian. Banyak ulama yang merahasiakan shalat malamnya. Hingga, hanya istrinya yang tahu. Bahkan, ada pula yang sampai istrinya tidak tahu. Ayyub As Sakhtiani, salah seorang ulama tabiu’t tabi’in, memiliki cara tersendiri untuk merahasiakan shalat malamnya. “Ayyub As Sakhtiani selalu melakukan shalat malam,” kata Salam yang mengetahui rahasianya, “tetapi hal itu dirahasiakannya. Jika Subuh menjelang, ia mengeraskan suaranya seolah-olah baru bangun dari tidurnya.” Mirip kisah Hasan Al Banna, Abdullah bin Mubarak juga pernah ketahuan secara diam-diam shalat malam dalam waktu yang sangat lama. Saat itu Muhammad bin Al Wazir menemaninya dalam sebuah safar. Muhammad bin Al Wazir yang berbaring istirahat, mungkin dikira telah tidur. Abdullah bin Mubarak pun kemudian mengambil wudhu dan melakukan shalat malam hingga fajar tiba. Mengapa para ulama merahasiakan shalat malamnya, hingga seakan-akan mereka tak mau orang lain mengetahuinya? Jika kita melihat ayat-ayat Al Qur’an dan hadits, tahulah kita bahwa setidaknya mereka memiliki tiga alasan: Pertama, menjaga keikhlasan. Meskipun tingkatan mereka adalah ulama, mereka menyadari bahwa ketika orang lain melihat ibadah mereka, hal itu bisa menjadi buah bibir yang kadang menjadi godaan untuk tercampuri ujub, riya’ dan sum’ah. Kedua, dengan merahasiakan shalat malamnya, para ulama dapat berdzikir dan bermunajat kepada Allah lalu berlinanglah air matanya. Kebiasaan ini akan menempatkan mereka pada golongan orang yang mendapat naungan Allah. وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ “Dan (orang ketujuh yang mendapat naungan Allah ialah) orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya” (HR. Bukhari dan Muslim) Ketiga, keutamaan shalat sunnah yang dirahasiakan, setara dengan 25 shalat sunnah yang dilihat orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: صَلَاةُ الرَّجُلِ تَطَوُّعًا حَيْثُ لَا يَرَاهُ النَّاسُ تَعْدِلُ صَلَاتَهُ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ خَمْسًا وَ عِشْرِيْنَ “Shalat sunnah seseorang yang tidak dilihat orang lain, setara dengan 25 ganjaran (shalat sunnah) yang dilihat orang lain.” (HR. Abu Ya’la, shahih menurut Al Albani) Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida] sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/03/mengapa-para-ulama-tak-mau-shalat.html

Amalan Ahli Surga


Abdullah bin Amr bish Ash radhiyallahu ‘anhu heran. Setiap Rasulullah mengabarkan akan ada ahli surga yang muncul, selalu datang seorang laki-laki yang sama. Dan ini ketiga kalinya. Selalu dia, seorang laki-laki dari Anshar, namun tidak terlalu dikenal. Abdullah bin Amr yang tidak mengenalnya dengan baik, kemudian berniat menguak rahasia amalan apakah yang telah dikerjakan oleh laki-laki tersebut sehingga ia menjadi ahli surga. Berikut kisahnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ وُضُوئِهِ قَدْ تَعَلَّقَ نَعْلَيْهِ فِي يَدِهِ الشِّمَالِ فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ مِثْلَ الْمَرَّةِ الْأُولَى فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ الثَّالِثُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ مَقَالَتِهِ أَيْضًا فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ حَالِهِ الْأُولَى فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبِعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَالَ إِنِّي لَاحَيْتُ أَبِي فَأَقْسَمْتُ أَنْ لَا أَدْخُلَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَمْضِيَ فَعَلْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَنَسٌ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثَ فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَعَارَّ وَتَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَبَّرَ حَتَّى يَقُومَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ غَيْرَ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ يَقُولُ إِلَّا خَيْرًا فَلَمَّا مَضَتْ الثَّلَاثُ لَيَالٍ وَكِدْتُ أَنْ أَحْتَقِرَ عَمَلَهُ قُلْتُ يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنِّي لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ أَبِي غَضَبٌ وَلَا هَجْرٌ ثَمَّ وَلَكِنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعْتَ أَنْتَ الثَّلَاثَ مِرَارٍ فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ لِأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ فَأَقْتَدِيَ بِهِ فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَثِيرَ عَمَلٍ فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ قَالَ فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ Dari Anas bin Malik, ia berkata, ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga." Lalu muncul seorang laki-laki Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil menggantungkan kedua sandalnya pada tangan kirinya. Esok harinya Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda seperti juga, lalu muncul laki laki itu lagi seperti yang pertama, dan pada hari ketiga Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda seperti itu juga dan muncul laki laki itu kembali seperti keadaan dia yang pertama. Ketika Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam berdiri, Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu'anhu mengikuti laki-laki tersebut dengan berujar "Kawan, saya ini sedang bertengkar dengan ayahku dan saya bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh, ijinkan saya tinggal di tempatmu hingga tiga malam" "Tentu", jawab laki-laki tersebut. Anas bin Malik berkata, Abdullah Radhiyallahu'anhu bercerita; Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, anehnya tidak pernah aku temukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari tidurnya dan beranjak dari ranjangnya, lalu berdzikir kepada Allah 'azza wajalla dan bertakbir sampai ia mendirikan shalat fajar, selain itu dia tidak pernah terdengar berbicara kecuali yang baik-baik saja. Maka ketika berlalu tiga malam dan hampir-hampir saja saya menganggap sepele amalannya, saya berkata, "Wahai kawan, sebenarnya antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada percekcokan dan saling mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan tetapi saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda tentang dirimu tiga kali, "akan muncul pada kalian seorang laki-laki penghuni surga, lalu kamulah yang muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalan apa yang membuat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam sampai mengatakan engkau ahli surga?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat." Maka tatkala aku berpaling, laki-laki tersebut memanggilku dan berkata, "Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah mendapatkan pada diriku, rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada seseorang." Maka Abdullah bin Amr Radhiyallahu'anhu berkata, "Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami lakukan." Ya, rupanya amalan sang ahli surga tersebut adalah amalan hati yang bersumber dari hati yang bersih. Ia tak pernah memiliki keinginan menipu sesama muslim dan ia juga tidak pernah iri dengki atas siapapun. Subhanallah... [IK/bersamadakwah]

Menceritakan Hubungan Suami Istri


“Setelah aku mengkonsumsi jamu ini, aku jadi mengajak istriku beberapa kali setiap hari,” kata seorang suami di sebuah kantor. Kalimat-kalimat itu rupanya memancing bukan hanya lelaki lain, tetapi juga rekan wanitanya. Sambil sesekali diselingi tawa, mereka panjang lebar menceritakan hubungan dengan istrinya. Perbincangan semacam itu bukan hanya terjadi di sebuah kantor. Kadang secara tak sengaja kita mendengarkannya di kantor, di kantin, dan bahkan seiring pesatnya perkembangan media sosial, ada pula yang dengan bangga menceritakan ‘keperkasaannya’ atau seorang istri yang mengeluhkan kondisi suaminya di dinding facebook yang bisa dibaca oleh siapa saja. Agaknya, mereka yang gemar membicarakan atau menceritakan soal persenggamaan dengan suami tidak mengetahui tentang hukumnya. Dianggapnya hal tersebut biasa-biasa saja, bahkan mendatangkan kebanggaan tersendiri ketika dirinya dianggap hebat dalam urusan jima’ seperti itu. Pentingnya pembahasan hukum menceritakan hubungan suami istri ini, hampir setiap kitab fikih yang berbicara tentang pernikahan dan keluarga tak lupa pula membahasnya. Bahkan ada yang menempatkannya dalam sub bab tersendiri seperti pada Fikih Sunnah. Membicarakan atau menceritakan persengamaannya kepada orang lain pada dasarnya adalah haram. Para ulama’ mendasarkan keharaman hal tersebut dengan dua hadits berikut ini: إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا “Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di hari kiamat di sisi Allah adalah laki-laki yang menyetubuhi istrinya kemudian ia menceritakan rahasia istrinya” (HR. Muslim) مَجَالِسَكُمْ هَلْ مِنْكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ أَغْلَقَ بَابَهُ وَأَرْخَى سِتْرَهُ ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُحَدِّثُ فَيَقُولُ فَعَلْتُ بِأَهْلِى كَذَا وَفَعَلْتُ بِأَهْلِى كَذَا. فَسَكَتُوا فَأَقْبَلَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ هَلْ مِنْكُنَّ مَنْ تُحَدِّثُ. فَجَثَتْ فَتَاةٌ كَعَابٌ عَلَى إِحْدَى رُكْبَتَيْهَا وَتَطَاوَلَتْ لِيَرَاهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَيَسْمَعَ كَلاَمَهَا فَقَالَتْ إِى وَاللَّهِ إِنَّهُمْ لَيُحَدِّثُونَ وَإِنَّهُنَّ لَيُحَدِّثْنَ. فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا مَثَلُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ إِنَّ مَثَلَ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ مَثَلُ شَيْطَانٍ وَشَيْطَانَةٍ لَقِىَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهِ بِالسِّكَّةِ قَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ “Duduklah! Apakah seorang diantara kalian jika menjima’ istrinya di dalam sebuah kamar tertutup kemudian ia keluar lalu menceritakan: ‘Aku telah berbuat dengan istriku begini dan aku telah berbuat dengan istriku begitu.’” Semua sahabat diam. Kemudian beliau menghadap kepada jamaah perempuan dan bersabda, “Adakah diantara kalian yang bercerita begitu?” Seorang anak gadis Ka’ab lalu berdiri dan menoleh ke sana ke mari agar Rasulullah dapat melihat dan mendengarnya. “Demi Allah, sesungguhnya kaum perempuan pun biasa bercerita begitu.” Rasulullah kemudian bersabda, “Adakah kalian tahu bagaimana perumpamaan orang yang berbuat demikian? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian seperti setan laki-laki dan setan perempuan. Dia menjima’ teman perempuannya sambil disaksikan banyak orang di tempat terbuka.” (HR. Ahmad) Jadi, jika seorang suami atau istri menceritakan kepada orang lain tentang persetubuhannya, dengan maksud membanggakan diri atau sekedar agar orang lain mengetahui, maka hukumnya adalah haram. Yang kedua, jika seorang suami atau istri menceritakan kepada orang lain tentang persetubuhannya dengan maksud mengeluhkan pasangannya atau membuka kelemahan/kekurangannya, maka hal ini juga haram. Yang ketiga, jika seorang suami atau istri menceritakan kelemahan/kekurangan suaminya kepada ahlinya (misalnya ulama yang mumpuni atau dokter spesialis andrologi) dengan maksud mendapatkan solusi, maka hal ini dibolehkan. Dengan syarat, tetap menjaga kerahasiaan agar orang lain tidak mengetahuinya. Sayyid Sabiq mencontohkan bahwa di zaman Rasulullah ada wanita muslimah yang mendatangi beliau. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menggerakkan kemaluannya (suami saya) seperti menggerakkan kain,” kata muslimah tersebut. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida] sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/01/3-hukum-menceritakan-hubungan-suami.html

Keutamaan Suami Istri


Dalam Islam, berkeluarga bukanlah sekedar mengejar kebahagiaan dunia dan memenuhi kebutuhan biologis. Lebih dari itu, keluarga di dalam Islam juga berfungsi sebagai penguat ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu bentuk ketaatan yang didorong untuk bisa dilakukan suami istri adalah saling membangunkan untuk shalat tahajud. Jika hal ini bisa dilakukan, ada keutamaan yang menanti suami istri. Berikut ini 3 hadits yang menerangkan keutamaan suami istri yang saling membangunkan untuk shalat malam (tahajud) : رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ "Semoga Allah memberi rahmat seorang laki-laki yang bangun malam kemudian shalat, lalu membangunkan isterinya kemudian shalat. Jika isterinya enggan ia memercikkan air di wajahnya. Dan semoga Allah memberi rahmat seorang wanita yang bangun malam kemudian shalat, lalu membangunkan suaminya kemudian shalat. Jika suaminya enggan ia memercikkan air di wajahnya." (HR. Ibnu Majah) رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ "Allah akan merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya, dan Allah akan merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya." (HR. Abu Daud dan Ahmad) Hadits kedua ini sangat mirip dengan hadits pertama. Sama-sama dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Sama-sama menjelaskan keutamaan suami istri yang saling membangunkan untuk shalat malam akan mendapatkan rahmat (kasih sayang) dari Allah. Yang membedakan hanya kalimat “rasysya” dan “nadlaha”, yang menurut sebagian ulama kedua hadits ini adalah hadits yang sama. Pada kedua hadits tersebut juga terdapat kunci cinta suami istri. Bahwa jika suami istri ingin hidup saling mencintai dan saling berkasih sayang, hendaklah mereka saling membangunkan untuk shalat tahajud, sebab Allah akan melimpahkan rahmat (kasih sayang) kepada keduanya dan dengannya keduanya akan saling merahmati, saling menyayangi, saling mencintai. Sedangkan hadits ketiga berikut ini menjelaskan keutamaan lainnya. Bahwa suami istri yang saling membangunkan untuk shalat malam, meskipun mereka hanya sempat melaksanakan dua rakaat, mereka dicatat Allah sebagai hamba-hamba yang selalu mengingat Allah. مَنْ اسْتَيْقَظَ مِنْ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا مِنْ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ "Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan dicatat sebagai orang yang selalu mengingat Allah Ta'ala.” (HR. Abu Daud) Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida] sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/01/3-hadits-keutamaan-suami-istri-yang.html

Senin, 24 Maret 2014

Paus Benediktus IX


Seorang peneliti Saudi mengungkapkan dalam perbandingan agama, kristenisasi dan urusan Vatikan, Direktur Essam. Alasan sebenarnya Paus Vatikan yang mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri, yang mengguncang komunitas Katolik di seluruh dunia, sebagai Paus pertama kali yg mengundurkan diri sejak 6 abad yang lalu. Melalui akun nya di twitter mengungkapkan apa yg tersingkap dari faktor faktor sebenarnya, pengunduran diri Paus Benediktus yg ke 16 ini disiarkan pertama kalinya. Dia mengatakan, penyebab utama penguduran diri Paus adalah setelah terjadinya kekacauan dari kalangan gereja Vatikan, terhadap Injil Lama yg di dalamnya terdapat Nama Rasul Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassallam, yang sampai saat ini masih berada di Vatikan. Terdapat 3 orang dalam Vatikan itu yg menyembunyikan kesilamannya. Dan Paus selalu berusaha mencari tahu mereka. Dan salah satu diantara mereka adalah penanggung jawab pembuatan surat pernyataan pengampunan dosa (dalam agama Khatolik). Dan ada salah satu yang mengumumkan keislamannya. Akibatnya dampak dari diumumkannya keislaman dia. Dia pindah ke Afrika Selatan dan tinggal di sana. Di negaranya Ahmad Deedat. Syaikh Ahmad Deedat lah yg menjadi sebab keislamannya. Beliau menegaskan dalam akun twitter nya bahwa sebenarnya pengunduran diri Paus Benediktus IX bukanlah karena sakit. Karena sebelumnya Paus Yohanes II usianya lebih tua dan penyakitnya lebih parah, namun ia tidak mengundurkan diri dari keuskupan gereja Vatikan. Ini adalah argumentasi untuk menghadapi media. Dan dia juga telah menentang Vatikan yg telah mendustai kabar keislaman 35 uskup dan pendeta dari pembesar pembesar Vatikan. Kebanyakan mereka menyembunyikan kesilamannya karena kekhawatiran terhadap keselamatan hidupnya, sebagian kecil juga ada yg mengundurkan diri. Dan Paus memilih untuk diam selama 6 tahun. Vatikan sampai saat ini masih belum memiliki kekuatan untuk membantah kabar keislaman 35 uskup tadi. Maka Paus Benediktus IX pun mengundurkan diri. Dia juga menambahkan Paus juga berusaha untuk menutupi keislaman mereka dengan melakukan hujatan terhadap islam dan hinaan kartun Nabi Muhammad secara terang terangan pada tahun 2006. Namun usahanya justru menjadikan senjata untuk dirinya sendiri yang berujung pada pengunduran dirinya. Dia mengisyaratkan bahwa dokumen dokumen Vatikan yg menyelidiki surat pernyataan itu tidak seorang pun mengetahuinya sampai saat ini ditangan siapa surat itu berada. Akan tetapi seorang pengamat mengatakan bahwa Paus menghilangkannya bersamaan dengan keluar dari kantor tugasnya segera. Dia jg menegaskan terdapat arsip arsip pemberhentian Paus dan penangkapan nya di beberapa negara yg dikunjunginya karena keterlibatannya dalam menutup-nutupi kekerasan dan skandal seksual. Dan peneliti ini menutup dengan memotivasi para da’i dan ulama untuk melakukan kegiatan dakwah dengan istiqomah untuk mendakwahi orang orang khatolik dari pengkultusan terhadap Paus dan uskup dibawahnya menuju penyembahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. (www.dakwatuna.com)

Kenikmatan Dunia Ibarat Sebelah Sayap Nyamuk


Dunia memang telah Allah ciptakan sebagai tempat hidup dan perhiasan yang indah bagi anak Adam. Siapapun bisa terpikat dengan keindahan dunia dan seisinya. FirmanNya: “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,”(QS. al-Hadid: 20). Allah memang benar, banyak di antara kita yang demikian terpesona lalu terjebak pada pola hidup yang demikian mendahulukan dunia. Ada yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam hari, ada yang lupa dengan sanak famili karena kesibukan mencari harta, ada pula yang hingga bermusuhan dengan sesama karena memperebutkan dunia, bahkan ada yang mau menggadaikan harga diri dan agama untuk mendapatkan dunia. Semuanya terjadi karena sudah begitu terpesona dengan kehidupan dunia yang memikat ini. Tempat tinggal yang megah, anak-anak dan istri yang cantik dan rupawan, status sosial, pakaian yang bagus, dsb. Tidak heran bila ada yang mengatakan bahwa hidup ini cuma sekali puaskanlah diri. Namun demikian dalam ayat di atas Allah pun mengingatkan kita semua bahwa dunia ini adalah permainan yang menipu. Allah mengumpamakannya seperti tanaman di ladang yang mengagumkan para petani akan tetapi kemudian akan menguning dan hancur. Allah pun mensifati dunia sebagai kesenangan yang menipu. FirmanNya: “Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. al-Hadid: 20). Nabi saw. juga menyampaikan pandangan Allah SWT. tentang bobot dunia dan seisinya. Beliau katakan bahwa di hadapan Allah kenikmatan dunia ini hanya setara dengan sebelah sayap nyamuk. Sabdanya: “Seandainya dunia ini di sisi Allah punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 940) Nyamuk adalah binatang kotor dan tidak berharga. Tidak akan ada yang mau membelinya, apalagi hanya sebelah sayapnya. Subhanallah! Demikianlah cara Nabi saw. mengingatkan kita akan hakikat kehidupan, agar kita kita tidak terjebak dalam kemilaunya. Kita menyangka dunia ini indah padahal hanya bernilai rendah. Simpanlah dunia sebagai sarana hidup dan sarana beribadah kepada Allah. Bukan justru memalingkan kita dariNya. Rasul mengingatkan kita dalam sabdanya, “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari no. 6053). Kenikmatan dan karunia Allah jauh lebih besar bahkan abadi kelak di akhirat ketimbang harga sebelah sayap nyamuk. Terlalu bodoh bila kita mengorbankan kenikmatan yang jauh lebih berkualitas dan banyak hanya untuk ditukar dengan sebelah sayap nyamuk. Terlalu dangkal jika kita berpikir kebahagiaan hidup hanya ada di dunia dan melupakan akhirat. Sungguh terlalu! [Follow @iwanjanuarcom]

Berta’aruf di Dunia Maya


“Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhkwat melalui penilaian komentar akhwat. Banyaknya jaringan sosial di dunia maya seperti facebook, yahoo messenger, dll, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan. Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara. Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf. Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri, sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya, berikut ini petikan obrolannya: “Assalamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan. “‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas sang akhwat. “Subhanallah ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji ikhwan tersebut. Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya yang ditemui ini juga akhwat genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab. “Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan akhi kelak.” Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat. “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.” ….Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya…. Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan. Dengan bangganya sang ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet mars, mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya……a’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan.Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf! Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam. ….Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?…. Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main. Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay. Wahai Ikhwan, Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya. ….luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis…. Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu! Duhai akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri. Duhai akhwat, terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya? Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya. ….berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram…. Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak. Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]