Tanpa cinta Nya Aku tidak dapat berbuat apa-apa Dengan cinta Nya Tidak ada yang tidak dapat aku lakukan.... Without His love I can do nothing With His love there is nothing I cannot do.
Selasa, 24 April 2012
Ketika Yesus Jadi Tuhan! Kota Nicea Menjadi Saksi.
Konsili Nicea 325 Masehi Pada abad ini pertikaian paham sangat sengit membakar Gereja. Arius, uskup dari Aleksandria, menolak ketuhanan Yesus yang menimbulkan kemarahan sebagian besar orang-orang Kristen. Akhirnya kaisar Konstantine menyelenggarakan konsili di Nicea tahun 325 Masehi. 1800 orang yang diundang untuk hadir dalam konsili ini terdiri atas, 1000 orang yang berasal dari Gereja Timur dan 800 dari Gereja Barat. 22 orang rombongan Arius yang dipimpin oleh Eusebius of Nicomedia, semuanya diusir dari forum.
Sehingga secara keseluruhan Konstantine telah mengusir keluar sekitar 1482 uskup dan hanya 318 yang diijinkan mengikuti hingga akhir. (Dr. Henery Stbble, An Account of the Rise and Progress of Mohametanism, 1954, hal.44-45, Holy Blood Holy Grail hal.692, Arana-”Holocaust Theology”).
Dari 318 suara tersebut hanya 2 suara yang mendukung Arius. Konsili pertama yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai 25 Juni diakhiri dengan ketokan palu yang mengesahkan Kredo Misterius, yang juga dikenal sebagai Kredo Nicea. Kredo Nicea yang sekarang bukanlah rumusan yang disepakati pada konsili Nicea dulu, tetapi sudah diperluas dan dimodifikasi. (Prof. Percy Gardner, English Modernism,-Apendiks I, hal.223).
Yang paling penting dari semuanya, keputusan Konsili Nicea diambil dengan cara pengambilan suara, bahwa Yesus seorang Tuhan bukan sekedar nabi yang bisa wafat. (Holy Blood Holy Grail, hal.472) Konsili Nicea menjatuhkan hukuman pengucilan Arius dan uskup lainnya yang ikut dalam konsili tetapi menolak doktrin Trinitas. Tulisan-tulisan Arius dibakar dan akan memasukkan ke penjara bagi siapa saja yang kedapatan memiliki tulisannya. (Edward Gibbon, Decline and Fall of Roman Empire, vol.2, hal.693).
Pada konsili tersebut Yesus dinyatakan sebagai, “Tuhan dari segala Tuhan, Cahaya dari segala Cahaya, Maha Tuhan dari segala Maha Tuhan”. (Hasting’s Encyclopedia of Etnics & Religion, vol.4, hal.239). Lingkaran terpelajar masih berada di pihak Arius dan mereka telah dikekang dengan tangan besi. Dimasa itu popularitas Arius mencapai puncaknya, yang dibuktikan oleh Santo Jerome sebagai berikut : “Seluruh dunia merasa dan terheran-heran menemukan dirinya sebagai penganut Arius”. (Wilfred W.Briggs, Introduction to the History of the Christian Church, hal.49) Will Durant menulis : “Perdebatan seru tentang doktrin Trinitas yang diperkenalkan oleh Athanasius tidak pernah berakhir dengan adanya konsili Nicea. Beberapa uskup masih berpihak pada Arius.
Kelompok gereja yang masih loyal kepada Kredo Nicea disingkirkan dari Gereja; kadang kala disingkirkan oleh kekerasan massa; setengah abad Gereja mengikuti ajaran Arius dan meninggalkan ketuhanan Yesus. Setiap uskup memiliki faksi yang mendukungnya. Pertikaian antar faksi pecah menjadi kerusuhan berdarah, dan banyak yang terbunuh. (Will Durant, Age of Faith) Pemandangan kekerasan yang mengerikan dan pertempuran yang menelan ribuan jiwa, merupakan hal yang biasa selama periode ini.
Aleksandria, daerah tempat tinggal Arius, menjadi ladang pertikaian yang paling ganas. Gibbon mencatat, satu insiden kekerasan menelan korban “tiga ratus lima puluh jiwa”. Mengenai kekejaman Gereja dalam masalah ini bahas lengkap dalam buku Edward Gibbon (pasal 21) Dimasa pemerintahan Konstantin, merupakan periode emas bagi Kristen karena mendapatkan kitab suci Bibel yang standar. Itu pun tidak bisa dikerjakan tanpa kontroversi yang dahsyat melalui konsili-konsili Gereja. Sebagaimana dicatat oleh Marjorie Bowen : “Kitab-kitab injil harus direvisi beberapa kali sebelum diterima, orang-orang yang dianggap sesat harus dihadapi, serta menyelenggarakan konsili di Nicea tahun 325 Masehi dan di Konstantinopel tahun 381 Masehi untuk merumuskan dogma dan keimanan agama Kristen.” (Marjorie Bowen, The Church and Social Progress, hal.4-5) Konsili-konsili Konsili Konstantinopel, Tahun 381.
Theodosius I menyelenggarakan Konsili Konstantinopel untuk membahas lebih jauh tentang ketuhanan Yesus. Konsili ini berakhir dengan memberi penegasan pada Kredo Nicea. Konsili Efesus, Tahun 431. Konsili ini diselenggarakan untuk membahas pertanyaan apakah Maria (Ibu Yesus) manusia asli atau termasuk Tuhan.
Pembahasan ini dilatarbelakangi karena sekte Maronite menyembah Maria sebagai “Ibu Tuhan” dan memasukkannya sebagai salah satu oknum trinitas pengganti “roh suci”. Konsili ini mengutuk penyembahan terhadap Maria. Konsili Chalsedon, Tahun 451. Konsili ini membahas tentang teori Dua Kodrat Yesus. Konsili Konstantinopel, Tahun 553. Konsili diselenggrakan untuk memecahkan teka-teki kodrat Yesus tersebut. Konsili ini didominasi oleh uskup-uskup Gereja Timur, Gereja Barat menolak semua keputusan dari konsili ini. Pada abad ini diputuskannya Natal pada 25 Desember oleh Dionysius Exiguus, mengadopsi hari kelahiran anak dewa Matahari yang lahir pada hari Minggu, 25 Desember. Pada akhir abad ke-6 lahirlah Islam.
Kristen telah menyimpang demikian jauh dari ajaran aslinya (ajaran Yesus) bahkan Gereja Barat lebih banyak mengadopsi agama Pagan. Kristen mengalami kebusukan hingga akarnya. Ketegangan antara Gereja Timur dan Gereja Barat berangsur-angsur melemah. Gereja Timur hanya memiliki sedikit pengikut, sebagai akibat ribuan pemeluk Kristen beralih ke agama Islam. Dan hampir semua wilayah Mediterania berada dibawah pengaruh Islam. “Mungkin karena pengaruh secara tidak langsung dari agama baru Islam yang anti-musyrik, pada abad ke-8, tentara kaisar Isauria…menemukan sesuatu yang tidak disukainya pada peribadatan yang sudah lama berlaku dalam dunia Kristen yang berbau politheisme.” (J.M Robertson, A Short History of Freethought, vol.1, hal.277) Selanjutnya untuk pertama kali dalam sejarah Kristen pada tahun 723 tradisi Pagan dalam tata cara kebaktian agama Kristen dilarang oleh Kaisar Leo melalui pengumuman, dan ia lebih condong pada ajaran monotheistik Islam. Bagaimanapun, larangan ini dicabut pada tahun 787 oleh Konsili ke-II di Nicea. (The Invacation of Saints and Adoration of Images, oleh Rev. W.P. Hares, hal 10-11).
Pemilihan Kitab Injil disebarkan dari mulut ke mulut sehingga tradisi oral ini menghasilkan laporan yang berlainan satu dengan lain terhadap perkataan dan perbuatan Yesus. Ketika mereka berusaha mendokumentasikannya maka bertambahlah perbedaan-perbedaan akibat variasi verbal. Sarjana-sarjana Kristen mengakui fakta sejarah bahwa pada terdapat juga sejumlah Injil-injil yang lain, dan masing-masing gereja mempunyai versinya sendiri.
Sebagian sarjana mempercayai bahwa jumlah Injil-Injil tersebut mencapai 300 Injil (Holy Blood Holy Grail, hal.692). Tapi bagaimana yang yang terpilih hanya 4 saja ? Ke-empat Injil tersebut (Matius, Markus, Lukas & Yohanes) dipilih pada saat Konsili Nicea 325 Masehi. Konsili yang memperkenalkan konsep Trinitas untuk pertama kali. Sehingga pemilihan ke-4 Injil tersebut adalah penyesuaian terhadap Kredo yang dipaksakan. Maka semua Injil yang menceritakan tentang kemanusiaan Yesus harus di hancurkan. Teknis pemilihan Injil-Injil tersebut adalah, semua naskah Injil yang berbeda-beda diletakkan dibawah sebuah meja di ruang Konsili. Setiap orang diminta meninggalkan ruangan tersebut dan pintunya dikunci. Semua uskup diminta untuk berdoa sepanjang malam supaya versi Kitab yang benar akan berada di atas meja tersebut. Pada keesokan paginya, ke-4 Injil, Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dengan “ajaib”nya telah berada diatas meja dengan rapi, sisanya berserakan dibawah meja. Sehingga diputuskan semua yang terletak dibawah meja haruslah dibakar. (Sex in the Bible, Wahyudi). Kredo (syahadat) Nicea dalam bahasa Latin Credo in unum Deum, Patrem Omnipotentem factorem caeli et terrae, visibilium omnium et invisibilium. Et in unum Dominum Iesum Christum, Filium Dei Unigenitum, Et ex Patre natum ante omnia saecula. Deum de Deo, lumen de lumine, Deum verum de Deo vero. Genitum, non factum, Consubstantialem Patri per quem omnia facta sunt. Qui propter nos homines et propter nostram salutem descendit de caelis. Et incarnatus est de Spiritu Sancto ex Maria virgine et homo factus est. Crucifixus etiam pro nobis sub Pontio Pilato, passus et sepultus est. Et resurrexit tertia die secundum Scripturas. et ascendit in caelum, sedet ad dexteram Patris. Et iterum venturus est cum gloria, iudicare vivos et mortuos, cuius regni non erit finis. Et in Spiritum Sanctum, Dominum et vivificantem, qui ex Patre (Filioque)* procedit. Qui cum Patre et Filio simul adoratur et conglorificatur: qui locutus est per prophetas. Et unam, sanctam, catholicam et apostolicam Ecclesiam. Confiteor unum baptisma in remissionem peccatorum. Et expecto resurrectionem mortuorum, et vitam venturi saeculi. Amen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.