Senin, 24 Maret 2014

Pertengkaran itu Indah


Mungkin akan pahit dan berat bilamana kita harus menyepakati statement tersebut dalam judul artikel ini bahwa ‘Pertengkaran itu Indah’, karena memang pada kenyataannya pertengkaran itu menyakitkan dan pertengkaran itu seperti jarum yang menusuk ulu hati, karena bisa jadi masalah yang menyulutnya kecil dan sepele namun terasa sungguh menyakitkan. Tentunya kata ‘Pertengkaran’ ini adalah konflik dalam koridor kerumahtanggaan, perselisihan paham yang mungkin biasa terjadi antara suami dan istri dalam satu bahtera rumah tangga, apakah itu perselisihan yang disebabkan hal kecil nan sepele atau mungkin juga disebabkan karena permasalahannya yang cukup rumit. Hal lumrah kiranya bila dikatakan bahwa kita sebagai manusia biasa tiada yang dapat menghindar dari adanya konflik pertengkaran dalam rumah tangga ini, hal tersebut seperti given yang satu paket dalam kerangka mahligai rumah tangga, siapapun pelakunya, karena seperti halnya sayur yang hambar tanpa garam begitupun cinta dalam rumah tangga tanpa adanya perselisihan. Jangankan kita yang manusia biasa, seseorang sekelas rasul yang paripurna Nabi Muhammad SAW saja pernah melewati fase perselisihan di dalam area privat rumah tangganya, fase suri tauladan di mana Sang Nabi harus memberikan pelajaran kepada istrinya dengan mendiamkan tidak mengajak bicara istrinya dalam bilangan hari. Fase kisah nubuwah ini memberikan kita ilmu tentang cara bagaimana seorang suami mengontrol keadaan di luar yang merujuk kepada istrinya, bagaimana kemudian kontrol itu tidak terlalu keras sehingga dapat mematahkannya dan juga bagaimana kemudian kontrol itu tidak terlalu lemah sehingga membuatnya terlenakan. Para sahabat nabi, dalam kesempatan berbeda, memberi contoh lain lagi dalam menghadapi adanya perselisihan paham dengan pasangannya. Adalah salah satu sahabat utama Ali bin Abi Thalib yang sampai-sampai mendapatkan gelar Abu Turab (bapaknya tanah) dari Nabi SAW, karena telah berhasil melewati fase perselisihan dalam rumah tangganya dengan Fatimah yang notabene adalah anak Sang Nabi SAW. Perselisihan Ali bin Abi Thalib dengan istrinya Fatimah ini memberikan pelajaran kepada kita bagaimana seharusnya mengelola amarah yang muncul dari dalam diri kita, dapat kita bayangkan seperti apa amarah yang muncul dari seorang kesatria yang begitu disegani dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam ini namun sahabat mulia ini mampu mengelolanya sehingga tidak berdampak panjang, lantas apa yang dilakukan oleh beliau sahabat Ali bin Abi Thalib ini? Ketika perselisihan paham terjadi dalam rumah tangganya, Ali bin Abi Thalib merasakan betapa hebatnya amarah melingkupi hati dan pikirannya, namun sahabat mulia tersebut dapat mengelola amarahnya sesuai tuntunan sunnah rasul tercintanya. Ya….. Beliau mengaplikasikan amalan sunnah yang dianjurkan Sang Rasul untuk meredam amarahnya dengan berbaring, namun berbaringnya Ali tidak di atas tempat tidur atau permadani apalagi di atas lantai rumahnya, sahabat Ali bin Abi Thalib berbaring di atas pasir dingin di luar rumahnya dengan beratapkan langit, sampai akhirnya Yang Mulia Rasulullah menghampiri Ali dan mengajaknya masuk ke dalam rumah seraya berucap lembut kepadanya dengan sebutan “Bangkitlah Yaa Abu Turab”. Begitulah hikmah sirah nubuwah yang mulia ini mengajarkan kepada bagaimana kita seharusnya dalam menghadapi perselisihan di dalam rumah tangga kita, sudahkah kita mengambil itu semua sebagai pelajaran?? Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/02/06/45917/pertengkaran-itu-indah/#ixzz2wqZ1LmUe Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.