Akhwatmuslimah.com – Pembicaraan mengenai karir belum banyak terungkap di kalangan aktivis dakwah. Buktinya? Tanyakanlah kepada 10 orang yang anda kenal sebagai aktivis dakwah (sekolah ataupun kampus) mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah menyelesaikan studinya? Lebih kongkrit lagi, apa sih pekerjaan yang akan mereka tekuni untuk mendapatkan penghasilan? Saya yakin, paling tidak saya pernah bertanya kepada lebih dari 10 orang aktivis kampus, dari sepuluh orang itu yang bisa menjawab secara meyakinkan paling banyak hanya satu orang. Yah, satu orang!
Banyak hal yang bisa diungkapkan untuk menjelaskan fenomena ini. Satu diantaranya adalah, ketidakjelasan orientasi masa depan, terutama yang berkaitan dengan sumber penghasilan kita, ya karir itu. Padahal, kalau kita mengetahui peran dan fungsi karir dalam aktivitas sebagai da’i, optimalisasi dan efektivitas kita sebagai da’i akan sangat terbantu bila kita memahaminya.
Perencanaan karir, sama halnya dengan perencanaan yang lain, akan memberikan arah/orientasi terhadap apa yang akan kita lakukan di masa depan terkait dengan apa yang akan kita lakukan sebagai sumber penghasilan kita. Perencanaan karir memungkinkan bagi kita untuk mengambil langkah-langkah strategis dan taktis dalam aktivitas keseharian kita, sehingga kita lebih terfokus untuk menuju hal yang memang kita ingin lakukan, tidak hanya sekedar mengikuti arus dan tren yang berkembang saja.
Perencanaan karir akan membuat berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai diri kita, terutama mengenai kelebihan-kelebihan kita, hal-hal yang kita sukai dan nilai-nilai yang kita yakini dalam diri kita atau bahkan kekurangan diri dan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan.
Sangat mungkin terjadi pada kita, biala tidak memiliki perencanaan karir yang matang, tidak akan pernah memiliki orientasi yang jelas terhadap apa yang akan menjadi sumber penghasilan kehiduoan kita. Pikiran, tenaga dan aktivitas kita pun tidak akan terfokus pada hal yang benar-benar kita inginkan, melainkan lebih kepada apa yang sedang menjadi tren.
Contoh sederhana misalnya, kalau sejak awal kita telah memutuskan untuk berkarir dalam pengembangan penjualan/penerbitan buku dan majalah, kita tidak perlu sibuk membeli koran untuk mencari lowongan pekerjaan atau tanya sana-sini mengenai pekerjaan ”apa saja yang penting kerja”. Kita akan lebih produktif misalnya, mencari tahu kepada penerbit/toko buku yang sukses dalam usahanya, bahkan mungkin kita perlu masuk dalam barisan toko buku itu untuk mengetahui core business strategicnya, sehingga di kemudian hari kita bisa lebih mengembangkannya lagi.
Bila sejak awal kita ingin mengembangkan karir dengan menjadi pegawai/karyawan/staff di perusahaan, atau institusi lainnya, maka pelatihan yang lebih bermanfaat untuk kita ikuti adalah bagaimana menembus dunia kerja, menulis resume secara efektif, memenangkan wawancara atau mengahadapi tes masuk calon karyawan, dibandingkan ikut pelatihan jurnalistik atau entrepreneurship.
Perencanaan karir membuat kita dapat melihat secara lebih jelas lagi mengenai sumber penghasilan bagi kebutuhan hidup kita. Karir berbeda dengan perkerjaan, karir bisa berupa pekerjaan tetapi pekerjaan belum tentu sebuah karir. Begini ceritanya, dalam kamus Poerwadarminta makna karir sebenarnya adalah ”kemajuan dalam kehidupan; perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya”. Sementara pekerjaan dimaknai sebagai ”kegiatan-kegiatan untuk mencari nafkah”. Jadi, ”karir” adalah pekerjaan juga, tetapi bukan sembarang pekerjaan. Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah disebut sebagai ”karir” hanya apabila ia memberikan peluang untuk maju dan berkembang. Kebayang bedanya? Misalnya, kalau pekerjaannya menjadi penjaga pintu tol? Atau petugas administrasi? Resepsionis? Itu pekerjaan atau karir yah?
Kita tentunya tidak ingin hanya sekedar ”bekerja” saja dan mendapat penghasilan, lebih dari itu disamping kita memiliki misi besar untuk mengkondisikan lingkungan kita untuk terwarnai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini semakin mengharuskan kita untuk berpikir dan merencanakan tentang karir ketimbang sekedar bekerja. Kecuali jika memang sejak awal, kita sudah memutuskan untuk ”yang penting kerja!” ya sudah. Anda akan melewatkan begitu banyak kesenangan dan kenikmatan dalm mengeksplorasi dan mengelaborasi diri dalam berbagai potensi yang Allah telah berikan kepada kita. Akhirnya, kita sulit untuk menjadikan diri kita sebagai penentu dalam pekerejaan kita, kita sulit mengarahkan apalagi mengembangkan apa yang kita lakukan, karena kita tidak mempunyai peta dari perjalanan karir kita, yang mungkin juga perjalanan hidup kita.
Jadi, apa sih ”makhluk” perencanaan karir itu?
Perencanaan karir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara terarah dan terfokus dengan berdasarkan pada potensi (minat/bakat/kemampuan/keyakinan/nilai-nilai) yang kita miliki untuk mendapatkan sumber penghasilan yang memungkinkan kita untuk maju dan berkembang baik secara kualitas (hidup) maupun kuantitas (gaji/jabatan dan tanggung jawab yang kita dapatkan). Huuh.. nangkep khan?
Secara global perencanaan karir itu terdiri dari 8 langkah, yaitu:
1. Mengembangkan rencana karir. Pikirkanlah mengenai apa yang akan kta lakukan dan langkah-langkah strategis apa yang dibutuhkan untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan.
2. Tinjaulah kemampuan serta minat yang kita miliki. Pikirkan secara serius dan mendalam hal-hal yang kita sukai, mampu kita kerjakan dengan baik, kepribadian yang kita miliki serta nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya.
3. Cobalah mencari tahu jenis-jenis karir/pekerjaan yang mendekati dengan diri kita, ya itu tadi, kemampuan serta minat yang kita miliki, latar belakang pendidikan kita, gaji yang kita harapkan, kondisi kerja yang kita inginkan serta hal-hal lain yang akan memberikan kejelasan arah dan fokus karir/pekerjaan kita.
4. Selanjutnya, bandingkanlah keterampilan dan mina tyang kita miliki dengan jenis karir/pekerjaan yang telah kita pilih. Jadi, karir/pekerjaan yang paling sesuai dan dekat dengan diri kita sangat mungkin menjadi karir/pekerjaan bagi kita.
5. Kembangkanlah tujuan karir/ pekerjaan yang kita pilih. Hal ini akan menjadi panduan yang sangat penting bagi kita untuk menyusun langkah-langkah taktis selanjutnya.
6. Ikutilah pendidikan atau pelatihan yang mendekatkan kita dengan tujuan karir/perkerjaan yang telah kita buat.
7. Hal penting yang tidak boleh dilewatkan adalah masalah keuangan. Kita mungkin akan berpikir mengenai sumber-sumber dan besarnya uang yang kita butuhkan untuk mewujudkan karir kita.
8. Cobalah minta nasehat dari beberapa sumber yang anda yakini dapat membantu anda memberikan penjelasan dan arahan megenai karir/pekerjaan pilihan anda.
Gimana, kebayang kan perjalanan perencanaan karir kita? So…? Kalau kita yakin bahwa perencanaan karir kita ini lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya, do it now! Memang, orang yang memiliki perencanaan karir belum dapat dipastikan akan memperoleh apa yang dia inginkan, tapi sudah dapat dipastikan bahwa orang yang tidak memiliki perencanaan karir tidak akan mendapatkan apa-apa. [ANW]
Oleh : Didit Rahardi, S.Psi.
Lembaga Pengembangan SDM Insanika
Sumber : Majalah Al Izzah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.