Peradaban modern telah membuat wanita sedikit lebih bijaksana, namun hal itu telah menciptakan penderitaan yang lebih berat baginya karena ketamakan laki-laki. Wanita masa lalu adalah istri yang bahagia, namun wanita masa kini adalah seorang nyonya yang menderita.
Di masa lalu wanita berjalan dalam cahaya dengan mata buta, namun sekarang ia berjalan dengan mata menyala dalam kegelapan. Ia anggun dalam kebodohan, berwibawa dalam kebersahajaan, dan perkasa dalam kelemahannya. Kini ia telah menjadi buruk dan kelincahan, picik dan tanpa hati nurani dalam ilmu pengetahuan, kelincahan dan kewibawaan, kelemahan raga, serta keperkasaa jiwa menyatu dalam diri seorang wanita?
Seorang wanita yang telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita pahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan, dan jika kita mencoba melukiskan wanita demikian itu, ia pun menghilang seperti kabut.
Hari ini aku telah bersama laki-laki yang kucintai, ia dan aku menyatu dalam nyala obor Tuhan yang telah diciptakan sebelum dunia ada. Tak ada satu kekuasaan pun di alam ini yang mampu merampas kebahagiaanku. Karena kebahagiaanku memancar dari rengkuhan dua jiwa yang dipadukan oleh saling pengertian dan dipayungi dengan cinta kasih.
Apa yang bisa aku katakan tentang seorang pria yang terkoyak di antara dua wanita: seorang merajut saat-saat keterjagaan pria itu keluar dari mimpi-mimpinya; yang lain membentuk mimpi-mimpi pria itu dari saat-saat keterjagaannya? Apa yang harus kukatakan tentang sebuah hati yang diletakkan oleh Tuhan di antara dua lampu.
“Katakanlah, kenapa anda tidak pernah menikah?” Dengan senyum dia menjawab, “…Baik, anda lihat bahwa perkawinan adalah seperti ini. Jika saya memiliki isteri, dan jika saya harus melukis atau membuat puisi, saya harus melupakan keberadaannya selama beberapa hari saat saya melakukannya. Dan anda tahu bahwa tidak ada perempuan yang mencintai akan mampu bertahan lama dengan suami yang seperti itu.
Kebahagiaan perempuan tidak terletak pada kemuliaan sang suami, bukan pada kehormatan dan kelembutanya. Tapi pada cinta yang memadukan jiwanya dan jiwa lelaki yang dicintainya. Kasih sayangnya tercurah – hati menjadikan masing-masing sebagai suatu anggota badan kehidupan dan dalam satu kalimat di atas bibir Tuhan.
Setiap laki-laki mencintai dua wanita; satu adalah ciptaan imajinasinya, sedang yang lain lagi, belum dilahirkan.
Laki-laki yang tidak memaafkan wanita untuk kesalahan kecilnya, tak akan dapat menikmati besar kebaikannya.
Tiada pidana yang lebih berat daripada yang dijalani seorang wanita yang mendapati dirinya terperangkap diantara seorang pria yang dicintainya dan seorang pria lain yang mencintainya.
Kebahagiaan seorang wanita tidak dapat ditentukan dalam kekayaan seorang lelaki atau dalam kepatuhan wanita kepadanya, dan juga bukan di dalam kebaikan hatinya. Kebahagiaan wanita terhadap lelaki, cinta yang mencurahkan semua perasaannya ke dalam hati lelaki, yang membuat mereka menjadi cabang dari pohon kehidupan, satu kata dalam bibir Tuhan.
Aku menghormati suamiku, karena dia seorang yang baik dan berhati lembut. Dia juga selalu membuatku bahagia. Dia dengan rela memberikan kekayaannya kepadaku agar aku selalu merasa bahagia, tetapi tidak ada satu pun dari semua ini yang sederajat dengan cinta suci dan sejati, cinta yang membuat segalanya tampak kecil sementara cinta sendiri tetap besar.
Jangan pisahkan aku darimu dan jangan pernah mengatakan aku tak setia, karena tangan cinta yang mengikat jiwaku dan jiwamu lebih kuat dari tangan pendeta yang menghantarkan tubuhku pada kehendak suamiku.
Hati nurani wanita tidak berubah oleh waktu dan musim, bahkan jika mati tetap abadi, hati itu takkan hilang sirna. Hati seorang wanita laksana sebuah padang yang berubah menjadi medan pertempuran; sesudah pohon-pohon ditumbangkan dan rerumputan terbakar dan batu-batu karang memerah oleh darah dan bumi ditanami dengan tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak, ia akan tenang dan diam seolah tak ada sesuatu pun terjadi.
Seorang wanita bermata melankolis mendesah dan berkata, ”Cinta adalah racun mematikan, nafas ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar menembus langit sampai dia jatuh tertutup embun, hanya untuk diminum roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selama-lamanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.