Rabu, 09 Februari 2011

Terima Kasih Penderitaan

Assalamu’aliakum wr.wb

Shahabat saya yang baik, yang saat ini sedang memasuki pintu-pintu nasib yang menembus rumah takdir. Semoga nafas yang masih berhembus, selalu menyadari kehidupan-perputaran sang waktu yang terus silih berganti. Terbitnya siang diakhiri dengan sapaan malam. Dan, saya berdoa untuk diri sendiri serta untukmu shahabat. Mudah-mudahan, bila ada shahabat yang sedang menjalani proses pendewasaan diri oleh Allah memalui ujian yang sedang dihadapi, berakhir dengan hasil maksimal, indah dan penuh membahagiakan.

Apa yang akan saya ceritakan sekarang, belumlah semuanya sudah saya laksanakan seperti idealnya yang saya sampaikan. Tetapi, yang akan saya ceritakan ini merupakan pembelajaran, saya menyebutnya dengan pencerahan diri. Saya berharap, semoga itu demikian pula bagi Anda.

Penderitaan hasil pemaknaan
Mungkin Anda masih ingat dengan status saya di facebook pada hari kemarin. ”Penderitaan tidak lah terjadi sebelum Anda menamakan, memaknai atau mengartikannya sebagai penderitaan”. Tentu Anda setuju, iyakan?. Dalam kesempatan ini, mari kita anggap itu benar-benar sebagai penderitaan. Karena sebentar lagi, sesuatu yang akan saya goreskan merupakan bentuk, saya berterima kasih kepada penderitaan.

Apakah ada orang yang hidupnya bercita-cita untuk menderita? Secara sadar mungkin Anda menjawab tidak, namun perilakunya mengalamatkannya sebagai penerus penderita. Akan tetapi ada juga, insan-insan prima yang memutuskan menjauh dari penderitaan tersebut. Anda mungkin bukan demikian, tetapi saya seperti itu.

Penderitaan adalah sentilan-sentilan dari Allah
Tadi siang setelah pulang Jumaat. Sambil menikmati teh hangat harum melati buatan istri. Saya membaca buku Awareness, karya Anthony The Mellow. Penjelasan dibuku ini sungguh membuka mata pemahaman saya. Apa yang disampaikan disana membuat saya terbangun, sebagaimana anjurannya Anthony, supaya kita selalu dalam keadaan bangun/sadar. Karena, bab yang saya baca itulah, ”terima kasih penderitaan” saya beri judul untuk artikel ini.

Kenapa? Apakah saya salah menuliskannya? Tidak. Saya tidak keliru, itu memang benar. Terima kasih penderitaan. Shahabat, sadarkah kita selama ini. Ternyata, penderitaan adalah sentilan-sentilan dari Allah, supaya kita bangun. Agar kita sadar. Sehingga menjadikan kita mengerti dan memahami.

Guru saya bapak Noeryanto pengasuh Pondok Pesantren NLP Pasar Minggu, pernah bertanya ”Apakah kamu sadar kuku yang menempel diujung jarimu?” pertanyaan simple. Namun saya akui, saya tidak menyadarinya. Dan, penjelasan Anthony semakin menambah pemahaman saya maksud dari pertanyaan guru saya tadi.

Penderitaan membangun kesadaran
Maksudnya? Ternyata, saya akan tau dimana kuku saya, tatkala saya merasa sakit karena terjepit. Saya baru sadar memiliki kepala ini, karena migrain atau ada yang senut-senut didalamnya. Betapa sungguh sering, saya baru menyadari adanya perut, lambung yang terus saya bawa-bawa, tatkala saya merasakan mual-mual. Tulang punggung yang menegakkan tubuh ini, baru tersadari saat ia sudah pegal. Demikian pula kaki ini, baru terasa ia ada, salah satunya saat nyut-nyutan akibat kekelelahan berdiri. Gigi pun demikian, baru menyadari memiliki dan mempunyai, saat ia terasa sakit. Kalau kata almarhum Meggy z ”Lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati”. Padahal sakit gigi juga sangat menderita, iyakan?

Shahabat yang baik. Bukankah kita mengetahui potensi yang kita miliki saat kita sedang berada dalam kondisi terjepit?. Kemarin sahabat saya Asep Mulyana sharing kepada saya, ia terselamatkan dengan sedekah. Bukankah kesadaran sedekah ini baru benar-benar lebih peka saat sudah musibah? Sungguh ternyata, banyak kejadian-kejadian penderitaan, yang berujung dengan membuahkan hasil-hasil penuh transformasi, perubahan dan pencerahan.

Pak Gede Prama pernah menceritakan kisah seorang wanita yang menderita sampai ingin bunuh diri, karena mengetahui suaminya berselingkuh. Namun, justru kejadian itu, mengantarnya ke rumah pencerahan dalam ke-damai-an beryoga. Bukankah karena kejadian itu, yoga menjadi penting baginya?. Dalam masyarakat sering kita dengar nasehat ”Kita baru tau sakit itu mahal, setelah tagihan rawat inap disodorkan dimata kita”.

Penderitaan merupakan Kasih Sayang Ilahi
Banyak pembelajaran kita temukan setelah penderitaan. Sekarang saya menjadi tau, apa maksud penderitaan itu dihadirkan? Penderitaan dikirim, karena Allah sangat sayang kepada saya, Allah ingin membangunkan saya, sebab saya selama ini tidak sadar. Ya tidak sadar.

Di Pontren NLP, Guru saya selalu mengingatkan ”Sebelum Takdir menyapa manusia, Allah sudah mengabarinya dengan tanda-tanda, namun manusia kurang menyadarinya”. Beliau sering memberi penjelasan proses itu berupa ”Al ayat (tanda-tanda), Albayin (penjelas), Alhuda (petunju / kejadian / takdir)”.

Lantas apakah ini maksudnya supaya saya dan Anda menderitakan diri? Bukan, bukan seperti itu. Tetapi, mari kita sadari dan pahami, bahwa setiap penderitaan merupakan suatu pemberitahuan, pembangunan, dan penyadaran diri dari ketidaktahuan, karena tertidur serta ketidaksadaran diri kita.

Wallahu’alam
Sumber ; www.kursusnlp.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.