Kamis, 16 Februari 2012

Merenung Sejenak akan Kematian

Suatu hari, dalam pertemuan antara Nabi Sulaiman Alaihis Salam dengan seluruh menteri dalam kerajaannya, terlihat seorang menteri yang semenjak tadi begitu gelisah dan salah tingkah. Sikap dia yang seperti itu, bukan karena kesalahannya, bukan karena kecurangan yang dilakukan. Tetapi dia agak ketakutan sebab di sudut lain nampak seorang pria dengan sorot mata tajam terus menerus mengawasi dan melihat dirinya. Pria yang tak dikenal. Sang Menteri, akhirnya tak kuat menguasai rasa takut itu, dan dia segera mendekati Nabi Sulaiman. "Paduka, boleh aku pergi sejenak? Dan pinjam kendaraan angin kepunyaan Paduka?" bisik sang menteri. Nabi Sulaiman yang tahu kapasitas kejujuran sang menteri, dengan tanpa keberatan memberinya izin untuk mengendarai angin istimewa kepunyaannya. Semua tahu, bahwa salah satu mukjizat Nabi Sulaiman, adalah menaklukkan angin sebagai kendaraan pribadinya. Segera sang menteri melesat cepat dan kabur dengan angin Nabi Sulaiman tadi, dari Palestina, menuju India. Dan sang menteri pun menghela nafas lega saat tiba di India, kabur dari ketakutan gara-gara pelototan pria asing yang tak dikenalnya. Tetapi kelegaan sang Menteri hanya beberapa menit saja, sebelum berubah menjadi keterkejutan dan ketakutan luar biasa, ternyata pria yang tadi terus menerus memandangnya dengan memasang wajah seram, kini ada tepat di hadapannya ! Sang menteri pun beringsut mundur sampai terjatuh-jatuh dengan ketakutan tak bisa digambarkan, "Ss...ss..siapa kamu ! Kenapa mengikutiku !" Peluh bercucuran. Pria yang ternyata malaikat yang sedang menjelma itu menjawab, "Saya ini Malaikat maut, hari ini pada jam sekian, saya ditugaskan untuk mencabut nyawamu, hanya saja saya sempat bingung. Pada perintah tertulis bahwa saya harus mencabut nyawamu di india. Tetapi ternyata kamu di Palestina, makanya saya melihatmu seperti itu. Dan ternyata kamu takut sehingga lari ke sini. Tepat sekali dengan mandat yang tertulis dalam perintah", ujar malaikat maut panjang lebar. Akhirnya sang menteri pun meninggal di tempat tadi. Di India. @ @ @ Soal kebenaran cerita di atas, tidak bisa memastikan, sebab cerita ini masuk kategori isra-iliyyat, kisah-kisah pra Nabi Muhammad yang diceritakan dari bangsa Israel. Tetapi yang penting daripada sekedar membahas kesahihan riwayat cerita, adalah pelajaran penting dalam kisah unik itu. Yaitu bahwa kematian, di manapun seseorang berada, pasti akan menemuinya, meski dia berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh (Q.S. Annisa: 78). Meski seseorang berusaha lari darinya, pasti ia akan menemukannya (QS. Al-jumu'ah: 8). Sebenarnya, kematian itu satu, yaitu karena habisnya ajal. Dan mati bukan dikarenakan oleh sebab-sebab tertentu. Kejadian atau peristiwa yang mengantar pada kematian, hanyalah sebagai perantara saja. Ini yang mesti kita tanamkan baik-baik dalam jiwa kita. Mati bukan karena sakit, bukan karena kecelakaan, bukan karena kerobohan, bukan karena jatuh dari gedung yang tinggi, atau hal-hal sejenis itu. Bukankah banyak juga orang yang asalnya enak-enak santai, atau enak-enak tiduran, baru saja ngobrol bercanda, minum kopi bersama-sama, tiba-tiba dikabarkan wafat? Hal ini menunjukkan, bahwa mati adalah karena satu hal saja, habisnya ajal. Jika seseorang terdidik bermental seperti ini sejak dini, maka dia tidak akan takut apapun. Kesuksesan dan keberanian para sahabat Nabi di medan tempur, adalah karena tidak takut akan kematian. Dan seperti yang telah disinyalir, salah satu sebab kemunduran umat Islam beberapa abad terakhir ini, adalah karena karohiyyatul maut, benci dan takut mati. Inginnya hidup dan berfoya-foya di dunia. Jadi, salah satu rahasia bahwa jika seseorang itu sadar jika mati dikarenakan habisnya ajal, maka dia akan selalu termotivasi untuk mengerahkan dan mengeluarkan segenap talentanya demi kebaikan dirinya dan umat. Sebuah aksioma mengatakan, "banyak sebab untuk mati, tetapi mati itu satu". Yang dilarang bagi kita adalah, sengaja mendekati dan membahayakan diri pada perantara kematian itu, apalagi kalau sampai bunuh diri. Na'udzubillah. Juga dilarang bagi kita untuk meminta mati. Karena di manapun, kematianlah yang datang menghampiri kita, wallahu a'lam (*) =============================== Segenap Pengurus Bengkel Jiwa turut berbela sungkawa atas wafatnya : 1. KH. Abdul Mujib Abbas, pengasuh Ponpes Al-Khozini, Buduran, Sidoarjo 2. KH. Iskandar Umar, Pengasuh Ponpes Bendomungal, Krian, Sidoarjo. Allahummaghfir lahuma, warhamhuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.