Saudaraku,
Seperti kita ketahui, syarat diterimanya amal ibadah seorang hamba adalah:
Pertama, Ikhlas dan niat Lillah yang merupakan syarat bathin..
“Sesungguhnya setiap amal ibadah itu tergantung niatnya…”(HR. Bukhari wa Muslim)
Kedua, ‘Ittiba Rosulullah saw yang merupakan syarat lahiriyah..
“Barangsiapa yang beramal yang tidak di syariatkan, amal itu ditolak.”(HR. Muslim)
Allah telah berfirman,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agam Ibrahim yang lulus ? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”(An Nisa’:125)
Saudaraku..
itulah dua buah syarat diterimanya amal Ibadah.., artinya, dua-duanya harus ada, yaitu niat ikhlas Lillah DAN ‘Ittiba Rosulullah saw.
Hal ini artinya jika kita beramal Ibadah walaupun sesuai tuntunan Rosulullah saw tetapi jika tidak diikuti niat ikhlas semata mengharap keridhoan Allah, maka sungguh sia-sialah amal ibadah kita. Begitu juga walapun ketika kita beramal niat ikhlas semata-mata karena Allah tetapi tidak sesuai tuntunan Rosulullah saw, maka tiada gunalah amal kita itu..
Na’udzubillah tsumma na’udzubillah..
Saudaraku..
Mari kita merenung sejenak, sudah ikhlaskah kita dalam beramal? Dalam sholat kita? Sedekah kita ?ato dalam amal2 kita yang lain ?
Seorang salafushaleh menggambarkan tanda-tanda seorang hamba yang ikhlas dalam beramal sebagai berikut :
Pertama,
Bila kita takut akan popularitas.
Ya, jika kita mampu untuk tidak dikenal orang lain, maka mari kita lakukan. Karena sungguh, kemuliaan itu hanya di sisi Allah. Tapi, hal ini bukan berarti kita harus menjauh dari masyarakat. Karena pada hakekatnya kita adalah seorang da’i yang selalu ‘berkorban’ dengan pengorbanan terbaik untuk menegakkan Al-Islam.
Kedua,
Mengakui, bahwa kita banyak sekali kekurangan, tidak ujub dan juga takabur. Apa yang akan kita sombongkan dihadapan Allah ? sedangkan betapa banyak dosa2 yamg telah kita lakukan. Oleh karena itu, orang yang ikhlas, dia sering menangis dalam sujud dan kesendiriannya karena sangat cemas amal ibadahnya selama ini tidak diterima Allah swt.
Ketiga
Bila dia menyembunyikan amal.
Orang yang ikhlas, ibarat pohon, dia lebih memilih sebagai akar, walau tidak kelihatan, tapi menopang seluruh pohon. Subhanallah..
Keempat..
Ketika dia tidak masalah ditempatkan sebagai seorang pemimpin atau bawahan.
Itulah yang ditunjukkan sang Panglima perang, Kholid bin Walid ra. Ketika beliau diminta turun pangkat dari seorang panglima menjadi prajurit, saat beberapa sahabat mempertanyakan hal itu, beliau ra dengan tegas menjawab, “Aku berjuang tidak untuk Umar, tapi Allah swt.” Allahu Akbar !
Kelima,
Mengutamakan keridhoan Allah swt
Saudaraku, sudah betapa banyaknya orang2 yang terpenjara dengan penguasa. Mereka lebih memilih taat pada pimpinan daripada kepada Allah karena takut dipecat atau dihukum. Tidakkah mereka tahu bahwa hukuman dari Allah itu jauh lebih dasyat.
Keenam,
Sabar dalam panjangnya perjalanan yang penuh ujian.
Saudaraku, saat panjang danterjalnya jalan yang diridhoi Allah ini, hendaklah kita ingat perjuangan Nabi Nuh as, yang berdakwah selama 950 tahun tapi hanya beberapa ummatnya yang taat, selebihnya mereka semua membangkang. Yakinlah, tribulasi dalam dakwah adalah sunnatullah.
Ketujuh
Bergembira saat saudara kita yang lain memiliki kelebihan yang jauh lebih baik dari kita..
Saudaraku,
Semoga kita menjadi hamba-hambaNya yang selalu meluruskan niak Ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho Allah..
Dan, Semoga dalam setiap jari ini mengetik, berbuah kata, kalimat, serta artikel sederhana, tidak hanya menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan kita pada-Nya.
Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin (kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang2 yang ragu)
Allahu ‘alam Bish-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.