Pelajaran berharga lagi dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah berkata,
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyucikan hati dan juga menyucikan badan. Kedua penyucian ini sama-sama diperintahkan dan diwajibkan oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 16)
فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At Taubah: 108)
إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At Taubah: 103)
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka.” (QS. Al Maidah: 41)
إنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis.” (QS. At Taubah: 28)
إنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)
Kita dapat perhatikan bahwa para ahli ibadah, perhatian mereka hanyalah pada penyucian badan saja. Mereka begitu semangat memperhatikan dan mengamalkannya. Namun sayangnya mereka meninggalkan penyucian batin yang diperintahkan baik yang wajib atau pun yang sunnah. Mereka hanya memahami penyucian hanyalah penyucian badan saja (secara lahiriyah).
Sebaliknya, kita perhatikan pada orang-orang tasawuf, perhatian mereka hanyalah pada penyucian jiwa. Mereka begitu semangat memperhatikan dan mengamalkannya. Mereka meninggalkan penyucian badan yang diperintahkan baik yang wajib atau pun yang sunnah.
Kelompok pertama (para ahli ibadah) selalu merasa was-was dan was-was di sini tercela. Mereka begitu boros dalam bersuci dengan air dan membersihkan sesuatu yang dianggap najis padahal bukanlah najis. Lantas mereka meninggalkan penyucian jiwa yang disyariatkan seperti menjauhkan diri dari hasad, sombong dan dendam pada saudaranya. Inilah yang menyebabkan mereka tidak jauh beda dengan Yahudi.
Sedangkan kelompok kedua (orang-orang sufi), terlalu menyibukkan diri sampai dinilai tercela. Mereka begitu berlebihan dalam memperhatikan selamatnya batin (hati). Sampai-sampai mereka menempatkan kebodohan di belakang dan mereka lebih memperhatikan hati mereka. Mereka tidak bisa membedakan antara keselamatan batin untuk melakukan sesuatu yang terlarang dan keselamatan hati untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan. Sampai-sampai dari kebodohan semacam ini, mereka tidak menjauhi najis dan mengerjakan thoharoh yang wajib. Orang-orang tasawuf di sini tidak jauh berbeda dari Nashrani.
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 1/15
***
Seorang muslim yang benar adalah yang memperhatikan antara lahir dan batin, antara sucinya hati dan badan. Semoga Allah mudahkan kita sekalian untuk memperhatikan keduanya.
3 days before wuquf in Arofah, 6 Dzulhijjah 1431 H, KSU, Riyadh, KSA
Muhammad Abduh Tuasikal
www.rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.