Saya menemukan artikel tentang Wihdatul Adyan (Kesatuan Agama) di situs Islam Liberal (www.islamlib.com). Di situ dinyatakan bahwa semua agama itu satu atau sama benarnya, dengan alasan, sesungguhnya Tuhan yang kita puja itu satu adanya.
Alasan itu meski benar, tapi salah kesimpulannya. Benar Tuhan itu satu. Dalam Al Qur’an, surat Al Ikhlas ayat 1 juga dinyatakan: “Qul huwallahu ahad” (Katakanlah Allah itu satu). Yang jadi masalah adalah, masing-masing agama itu menyembah Tuhan yang berbeda.
Islam menyembah satu Tuhan semata, yaitu Allah. Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah (Tuhan) itu esa
Allah tempat bergantung
Tidak beranak dan diperanakkan
Dan tak satupun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Adakah agama lain hanya menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan atau justru mereka menyembah Tuhan yang lain (misalnya matahari atau manusia) atau bahkan menyembah lebih dari satu Tuhan?
Ada agama yang menyembah Matahari sebagai Tuhan, ada juga yang menyembah tiga oknum Tuhan sebagaimana Agama Kristen yang menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Adakah agama-agama ini sama dengan agama Islam? Adakah Tuhan yang mereka sembah sama dengan Tuhan yang disembah oleh ummat Islam? Beda bukan? Itulah kekeliruan kelompok Islam Liberal yang berusaha mempropagandakan paham “Wihdatul Adyan” di situs mereka.
Kelompok Islam Liberal berusaha mempropagandakan bahwa semua agama itu sama dan benar, termasuk ajaran Kristen, padahal Allah sendiri dalam Al Qur’an menegur perbuatan Ahli Kitab/Kristen yang memper-Tuhankan Yesus sebagai hal yang melampaui batas. Adakah kelompok Islam Liberal ingin menandingi Allah?
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” [An Nisaa’:171]
Allah menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau beriman kepada ajaran Nabi Muhammad / Islam sebagai kafir dan akan dimasukkan ke neraka:
“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” [Al Bayyinah 1-8]
Ummat Islam memang harus toleran dalam masalah agama. Kita tidak boleh memaksa orang lain untuk beragama Islam. Kewajiban kita hanya berdakwah (menyeru) dan menyampaikan informasi kepada Non Muslim bagaimana ajaran Islam sebenarnya.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
Tapi mengenai masalah aqidah, hal itu tidak bisa dicampur-adukkan. Tidak bisa demi alasan toleransi, akhirnya kita menganggap semua agama itu sama atau satu, dan akhirnya ikut-ikutan menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus, dan lain-lain. Na’udzubillah min dzalik! Dalam surat Al Kaafiruun ditegaskan:
“Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”. [Al Kaafiruun 1-6]
Ayat Al Qur’an di atas jujur menyatakan. Ummat Islam tidak akan menyembah apa yang mereka sembah. Ummat Islam tidak akan menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus, dan lain-lain. Begitu pula dengan orang-orang Kafir. Mereka bebas menyembah Tuhan mereka. Untuk mereka agama mereka, dan untuk kita agama kita.
Sederhana bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.