Senin, 28 Juni 2010

MENGENAI CERMIN HATI

Disamping itu, Andapun mesti tahu bahwa hati seperti cermin, Lauh Mahfudz pun demikian. Karena di dalamnya terdapat gambaran dari semua realitas (mawjudat).

Jika Anda hadapkan cermin satu dengan lainnya, maka masing-masing gambar pada setiap cermin akan saling menghiasi yang lainnya.

Demikian pula semua gambar (suwar) pada Lauh Mahfudz akan tampak dalam hati jika ia telah suci dari nafsu dunia. Jika masih disibukkan dengannya, maka alam malakut akan tetap tertutup. Jika pada saat tidur manusia tak terhubungkan dengan obyek indera, maka ia akan menyaksikan esensi (jawhar) alam malakut dan akan terlihat sebagian gambar yang ada pada Lauh Mahfudz.

Jika manusia menutup pintu indera hanya sekedarnya, maka ia hanya memasuki dunia khayal. Karena itu, ia melihat sesuatu yang masih tertutupi pada bagian luarnya dan bukanlah hakikat murni yang tersingkapkan. Jika hati telah mati bersama si pemiliknya, maka pada saat itu tidak ada yang namanya khayal, dan tidak juga indera.

Oleh karena itu, pada saat tersebut hati mampu melihat dengan tanpa keraguan ataupun khayalan. Dan ketika itu, diucapkan padanya:

“Maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).

oleh:

Imam al-Ghazali, seorang sufi agung yang hidup -/+ 900 tahun yang lalu di Baghdad/Iraq dan wafat 1111 masehi

http://bukusufigratis.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.