Isyu pemanasan global terus bergulir, kekhawatiran terhadap perubahan iklim menyentuh berbagai pihak, tak terkecuali pemain di industri otomotif. Pentingnya isyu ini membuat mereka mengantisipasinya dengan menelurkan mobil-mobil ramah lingkungan mulai dari mobil bermesin hybrid, mobil listrik, hingga diesel ramah lingkungan. Tetapi, sebagian manufaktur beranggapan bahwa usaha ini tidak cukup. Mazda dan Mitsubishi contohnya. Keduanya bahkan memaksimalkan potensi menyelamatkan ekologi dengan merancang interior yang berbahan ramah lingkungan.
Bioplastik
Sebagaimana diketahui, mayoritas interior mobil mengambil plastik sebagai bahan bakunya. Ironisnya, plastik adalah senyawa kimia yang bahan bakunya berasal dari minyak bumi. Lebih parahnya, plastik berbasis petroleum ini tak bisa didaur ulang.
Berangkat dari masalah ini, Mazda mengembangkan bioplastik untuk bagian interior mobil. Struktur dasarnya dibuat dari hasil kristalisasi asam polylactic (asam yang diambil dari bakteri pembusuk pelepah daun jagung atau batang tebu). Setelah menjadi butiran kristal, material tersebut dicampur dengan sejenis katalis dari minyak nabati yang berfungsi sebagai penguat.
Bioplastik hasil pengembangan ini 80% kadarnya berasal dari tumbuhan dan lebih baik dalam menahan panas, termasuk menahan getaran. Berbeda dengan bioplastik konvensional yang hanya bisa diproses dengan cara press-forming (penekanan), bioplastik Mazda bisa dibuat dalam skala extrusion moulded yang memungkinkan plastik dicetak dalam area yang lebar, sehingga cocok untuk menutup seluruh area interior mobil.
Riset Mazda tak berhenti di situ. Dengan mencapur senyawa molekul khusus, titik didih material polylactic dapat naik 100%. Usaha ini bertujuan membuat material plastik tersebut tahan api dan tahan kondisi cuaca, sehingga umurnya panjang. Penggunaan bioplastik sudah mulai diterapkan Mazda di Premacy Hybrid dan konsep Mazda Ibuki, di mana kedua mobil tersebut telah dipamerkan pada event Tokyo Motor Show (TMS) 2007 lalu.
Serat Bambu
Masih di TMS, Mitsubishi juga menggelar konsep interior ramah lingkungan hasil kerja sama dengan Aichi Industrial Technology Institute. Kolaborasi itu berhasil mengembangkan material interior berbahan serat bambu yang dikombinasi dengan polybutylene succinate (PBS) berwujud resin (getah atau cairan pekat). Material baru ini diberi nama Green Plastic. Mitsubishi telah menyematkan temuan ini pada iMiev Konsep. Riset yang dimulai sejak 2004 ini, diyakini mampu menekan kadar CO2 dari emisi industri plastik interior.
PBS sendiri merupakan campuran dari asam succinic (senyawa nabati yang dihasilkan dari fermentasi gula atau jagung) dan senyawa hidrokarbon 1,4-butanediol. Adapun serat bambu, berguna sebagai rangka dari lapisan interior. Dipilihnya bambu, karena tanaman ini dinilai lebih produktif dari kayu. Dalam waktu 3-5 tahun, bambu dapat dipanen dan karena pertumbuhan yang cepat inilah, maka bambu ideal sebagai bahan baku produksi massal.
Hasil riset Mitsubishi memperlihatkan bahwa PBS-Serat Bambu sanggup memangkas kadar CO2 hingga 50% saat diproduksi, dibanding proses plastik berbasis petroleum. Riset juga menunjukan bahwa VOC (volatile organic compounds atau kadar penguapan kompenen) dari rangka interior berbasis bambu turun hingga 85% dibanding jika menggunakan rangka interior berbasis kayu.
http://www.auto-car.co.id/content/look/3/18/Renewable-Interior
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.