Hidup di dunia tak pernah sepi dari persoalan. Satu selesai datang sepuluh lagi, yang sepuluh beres muncul seratus lagi, demikian seterusnya. Anehnya, manusia sangat menikmati adanya persoalan ini. Bahkan bisa dikata, garamnya kehidupan adalah persoalan itu sendiri. Tanpa persoalan, hidup tidak akan terasa nikmat. Boleh dikata, tak punya persoalan hidup adalah persoalan pula, kenapa dia tidak punya persoalan hidup?
Ketika masih miskin, persoalannya adalah bagaimana bisa meningkatkan taraf hidup menjadi kaya. Wirid kesehariannya adalah bagaimana caranya agar bisa mencukupi kebutuhan sandang, papan dan pangan untuk keluarga. Dalam sepuluh atau dua puluh tahun kemudian, setelah masalah kemiskinan bisa teratasi, bukan berarti problem hidup selesai. Anak-anak yang mulai menginjak remaja, tiba-tiba memunculkan kenakalannya, dan yang dewasa tiba-tiba berani melawan adat dan aturan orang tua, yang lain lagi sudah menginjak usia nikah sementara pria yang melamar belum juga ada. Dan seterusnya, persoalan hidup tak sudah-sudah.
Selama hayat masih dikandung badan, selama itu pasti ada persoalan yang melilit. Kaya ataupun miskin, tua maupun muda, laki-laki dan perempuan, masing-masing menghadapi persoalannya sendiri-sendiri. Membujang bermasalah dan bingung, kawin pun pusing.
Inilah hidup! Yang tak mau menghadapi persoalan hidup, sebaiknya mengundurkan diri dari pentas kehidupan.
Bagi seorang Muslim yang berpikir positif, dia akan menyikapi kehidupan ini sebagai permainan dan hiburan.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Al-Hadid 20).
Ada saat-saat menegangkan, ada pula waktu-waktu yang menggembirakan. Ada susah ada bahagia, ibarat roda, tak selamanya di bawah dan tak seterusnya di atas. Roda berputar kadang di atas kadang di bawah.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Alam Nasrah 5-6).
Bagi yang sedang menikmati masa-masa bahagia dengan hidup serba kecukupan dan kepenuhan materi, jangan takabur dan siap-siaplah menghadapi takdir perubahan posisi. Bagi golongan melarat yang sedang dirundung duka, derita dan musibah, bersabarlah. Teruslah berikhtiar, berdoa dan tawakkal. Mudah-mudahan derita itu segera berakhir. Bila takdir Ilahi berubah dan tiba-tiba mengalami kemujuran nasib, maka ingatlah masa-masa sulit. Jangan lupakan derita orang yang pernah dirasakannya. Jadilah dermawan ikhlas.
Itulah isi dunia, permainan yang tetap mengasikkan, meski semu, tetapi menggairahkan dan jadi tontonan yang mengasikkan.
Sebagai Muslim sejati, kita harus bermain dengan sebaik-baiknya, wajar-wajar saja. Boleh saja hanyut dalam irama permainan, tapi jangan lupakan aturan main. Jika tidak, akan dapat kartu kuning atau bahkan kartu merah sehingga dicabut izinnya dari pentas kehidupan. [taz/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.