Jomblo…Istilah yang begitu familiar di telingan sebagian kita, mungkin!
Istilah yang melekat pada diri orang yang tidak mempunyai pasangan(baca:pacar)
Meski…sebenarnya sebutan pacar juga tak dikenal dalam syariat ini.
Anehnya, sebagian remaja dan pemuda malah meraas gerah dan sesak dengan status jomblo,..
Tono (bukan nama sebenarnya),Terlihat murung dengan wajah seringnya dilipat karena pasalnya dua orang teman karibnya akhir-akhir ini sering jalan bareng,telpon-telponan,sms-an sepanjang waktu dengan pasangan perempuannya masing-masing. SEdangkan dia sendiri sampai detik ini tidak memiliki satu orangpun teman perempuan alias menjomblo.
Lain halnya dengan Rizal, sebut saja begitu. Meski tak punya teman perempuan, ia tetap ceria dalam kesehariannya. Bahkan bisa dibilang hari-harinya diisi dengan sederet aktifitas yang bermanfaat. Ta’lim,belajar, dan serangkaian kegiatan kampus. Bukannya ia tak pingin pacaran. Namun, ia sadar betul bahwa aktifitas tersebut jelas berupa pelanggaran. Celah menuju perzinaan. Bukankah Allah telah melarang kita mendekati zina?
Pacaran Buka Tren
Kasus kehidupan anak remaja semisal tono sering terjadi di sekitar kita. Bukan yang remaja semata, yang dewasa pun sering mengalaminya. Namun apakah benar, ada pacaran dalam Islam? Jawabannya:jelas tidak!!!
Terus ada sederet pertanyaan terlontar. Bukankah pacaran itu menyenangkan?Bukankah ia bisa menjadi penyemangat dalam aktifitas? Bukankah pacaran bisa menjadi gerbang seseorang untuk meperdewasa diri? Bukankah…? Dan sederet syubhat serta kerancuan yang disuguhkan setan untuk melegitimasi yang namanya pacaran.
Kalau mau jujur tentulah kita akan mengatakan bahwa pacaran merupakan sarana perzinaan. Bukan muhrim, bukansaudarak tapi jalan bareng, berpegangan, berduaan di tempat yang sunyi,de el el.
Kalau bukan gerbang menuju zina…lalu apalagi namaya? Padahal dalam ayat-Nya Allah telah melarang kita untuk mendekati zina,.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32)
Dalam hadits pun Rasulullah melarang dua orang lain jenis untuk berduaan karena bakal ditemani pihak ketiga, yakni setan.
Apapun alas an dan dalihnya, pacaran tidak ada dalam kamus Islam. Bukan pula tren remaja Muslim, meski seakan ia penuh dengan manfaat dan faedah!
Saatnya Berakhir Manis
Islam datang dengan penuh kesempurnaan. Pun dengan masalah yang terkait dengan yang namanya cinta lawan jenis. Ketika perzinaan dilarang, Islam memberi solusi agar tak terjebak di dalamnya. Sebagaimana kita tahu, memang fitrah, Allah telah menumbuhkan rasa cinta pada diri manusia terhadap lawan jenis. Allah juga menyediakan tempat penyaluran jenis cinta yang satu itu jauh lebih indah dari sekedar pacaran, yakni PERNIKAHAN. Itulah salah satu bukti keindahan dan kesempurnaan Islam.
Allah ‘Azawajalla berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
“Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram denganya.” (QS. Ar Ruum: 21)
Manakala Allah melarang kita untuk mendekati zina (pacaran). Berarti Dia telah menyediakan suatu proses menuju pernikahan yang lebih indah, elegan dan tetap menjaga kehormatan daripada sekedar pacaran. Jadi pacaran yang benar adalah pacaran setelah nikah. Artinya kita boleh mencurahkan segala cinta manusiawi kita terhadap pasangan hidup hanya karena Allah dan demi memelihara kehormatan diri. Itulah solusi manisnya bagi yang sudah mempu menjalaninya, tentu!
Bagi yang Belum Siap
Meski demikian, bagi kamu antum wa antenna yang sudah kepengen nikah tapu belum mampu (artinya belum bisa melaksanakannya) ada terapi jitu yang mesti di jalani , di antaranya:
1. Puasa
Hal ini selaras dengan sabda Nabi Shallallahu’alaihiwasallam,”Wahai para pemuda , siapa saja diantara kamu yang memiliki kemampuan hendaknya segera menikah. Karena menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya. Barang siapa yang belum mampu , maka puasa merupakan salah satu peredam nafsu syahwat baginya”
2. Menjaga pandangan
Terapi berikutnya adalah dengan senantiasa menundukkan pandangan dari hal-hal yang dilarang agama, sebagaimana firman Allah
“Katakanlah pad para lelaki yang beriman:’hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan, karena yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah juga kepadapara peremapuan yang beriman:’hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan…”(An-Nur[30-31])
Menundukkan pandangan di sini berarti menjaga pandangan agar tidak liar atau tertuju pada hal-hal yang diharomkan, sehingga kita dapat mengendalikan hati dan membuatnya bercahaya dalam naungan iman dan taqwa.
3. Menjaga pergaulan, hindari ikhtilat
4. Mengisi hari-hari dengan aktifitas syar’i
Terutama memelajari ilmu agama ini. Memelajari ilmu syar’I bisa di tempuh dengan banyak membaca buku, mendengarkan rekaman pengajian, dan menghadiri majelis ta’lim yang sarat dengan curahan ilmu.
Tidaklah bijak apabila cinta yang suci ditujukan pada tempat yang keliru. Tidaklah benar bila kita mencurahkannya kepada yang bukan berhak. Dan yang tepat adalah meletakkan dan menyemai cinta haruslah sesuai aturan dan tepat sasaran, yakni mengembangkan dan mencurahkannya karena Allah dan di jalan-Nya semata.
Ditulis oleh
Abu Nayla I, dalam rubrik bahasan utama majalah elfata vol.7 2007
Bener "INDAHNYA PACARAN SETELAH MENIKAH"
BalasHapussilahkan buktikan
BalasHapus