Kamis, 14 Oktober 2010

Sebuah Pelajaran dari Bencana dan Musibah

Prolog
Bencana dan musibah seakan datang silih berganti menimpa negeri kita tercinta; Indonesia. Dan, beberapa hari yang lalu, saudara kita di Wasior, terkena bencana alam berupa banjir bandang yang tak kenal apa yang dihadapannya; semua diterjang! Sekilas jika kita melihat cuplikan di video amatir warga yang selamat, banjir tersebut mengingatkan kita kepada peristiwa Tsunami Aceh dan Jebolnya Situ Gintung.

Peristiwa di Wasior menyisakan duka, air mata, dan tentu saja, hilangnya nyawa serta kerugian harta benda! Sebagai makhluk yang dikaruniai akal, tentu kita tidak hanya akan berhenti dan larut dalam duka dan kesedihan, serta tidak hanya membantu secara materi setelah itu merasa sudah berjasa karena saling membantu tanpa berintropeksi diri. Sudah selayaknya kita selalu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang telah dinampakkan, sebagaimana firman-Nya :


إِنّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لاُوْلِي الأبْصَارِ


“Sesungguhnya pada yang demikian itu—yakni bencana dan musibah—terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati” (QS. Aali ‘Imran : 13).

Mengapa Tuhan Menimpakan Bencana dan Musibah pada kita?


Sebagian orang yang percaya—lepas dari taat atau tidak—akan adanya Tuhan pasti akan melontarkan pertanyaan tersebut baik diucapkan melalui lisan atau hanya didalam hati, mereka berpikir bahwa bencana dan musibah ini murni memang kehendak Tuhan, sehingga Tuhan terkesan menzalimi ciptaan-Nya sendiri?! Coba kita lihat apa yang dikatakan Tuhan. Dia berfirman;


وَمَآ أَصَابَكُمْ مّن مّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُواْ عَن كَثِيرٍ


“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Tuhan memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuuraa : 30).

Dr. Muhammad bin Sulaiman Al-Asyqaar berkata dalam Zubdatut-Tafsiir tentang ayat di atas : “Yaitu bahwa musibah-musibah apa saja yang menimpa kalian, maka sesungguhnya (kalian ditimpa musibah itu) sebagai hukuman bagi kalian karena kemaksiatan-kemaksiatan yang dikerjakan tangan-tangan kalian, dan Dia memaafkan sebagian dari kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh para hamba, sehingga tidak dihukum/dibalas”


Dan Firman-Nya;
وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيّئَةٍ فَمِن نّفْسِكَ


“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari dirimu” (QS. An-Nisaa’ : 79).

Dari dua ayat tersebut, kita bisa menarik kesimpulan sebab asasi mengapa di negeri ini selalu ditimpa bencana serta musibah, belum usai satu, datang satunya lagi dengan jarak yang sangat berdekatan. Dan sebab asasi itu adalah segala tindakan manusia—khususnya para manusia yang tidak bertanggungjawab—yang bertindak tidak benar terhadap dirinya sendiri, sesama manusia serta terhadap lingkungan hidupnya! Banyak kisah dalam berbagai kitab suci—khususnya Al-Qur’an—yang mengkabarkan kepada kita bagaimana kisah-kisah umat terdahulu yang terkena bencana dan musibah beserta sebab asasinya, semuanya berakar kepada lupa dirinya kita sebagai manusia kepada-Nya, bumi ini memang diperuntukkan untuk kita, tapi ingat! Hanya satu-satunya! Silahkan buktikan atau carilah bumi lain jika tidak percaya! Di sini kita dilahirkan, hidup, serta kembali kepada-Nya.

Duhai,…..alangkah beruntungnya orang yang bisa mengambil pelajaran! Berkaitan dengan Wasior, sudah sejak jauh-jauh hari sebagian saudara kita yang bergelut dibidang kepedulian lingkungan memperingatkan kita—khususnya pemerintah—akan dampak berlebihannya sikap segelintir pengusaha yang dengan tanpa pedulinya mengeruk habis apa yang bisa dikeruknya! Pemerintah seharusnya jangan bersilat lidah agar lepas dari tanggungjawab serta melindungi mereka dengan dalih mereka memberikan kontribusi pajak serta membantu peningkatan ekonomi nasional (?) yang tidak sedikit; tapi, apakah sebanding dengan apa yang terjadi kini?! Astaghfirullah...

Dan, kepada para pengusaha yang bergelut dibidang pertambangan, perminyakan, dan perkayuan, cobalah untuk tidak bersikap berlebihan! Atau memang sudah tabiat para pengusaha dibidang seperti itu harus begitu? Na’uzubillah...Semoga Tuhan menjauhkan kita dari sikap berlebihan dan ketidakpedulian...

Dan teruntuk diri-diri kita semuanya, betapa sekarang ini menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk hidup selaras dengan alam. Kita harus merubah maindset kita, jangan hanya bagaimana cara mengambil manfaat dari lingkungan alam, tapi juga bagaimana kita bisa bermanfaat bagi kelestarian alam ini, demi kita sendiri, demi masa depan generasi kita, dan demi masyarakat internasional, sungguh, Indonesia adalah paru-paru dunia. Bukanlah hal yang mustahil, bahwa kiamat itu bisa datang lebih cepat dari yang kita duga, dan parahnya kiamat itu datang karena kita sendiri yang mempercepatnya dengan dalih memanfaatkan kekayaan dunia yang telah Tuhan karuniakan padahal kita justru merusaknya! Astaghfirullah...semoga kita termasuk orang-orang yang melestarikan bukan malah merusak...

Menyikapi Bencana dan Musibah


Secara umum ada tiga hal yang hendaknya dilakukan oleh kita agar terhindar dan terlepas dari bencana/musibah :


1. Iman, yaitu percaya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan apa yang telah Dia turunkan melalui Rasul-Nya. Iman ini mencakup ilmu dan amal dari hati dan anggota tubuh. Iman menuntut kita untuk meng-ESA-kan-Nya, menebarkan kebaikan ajaran agama berupa kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam tempat tinggal kita.


2. Taqwa, yaitu mengerjakan segala apa yang diperintahkan-Nya dengan ikhlash dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya.


3. Taubat, yaitu meminta ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan oleh diri pribadi, keluarga, pemimpin, dan masyarakat secara keseluruhan.

Itu secara umum yang hendaknya dilakukan oleh kita. Lantas, untuk pemerintah dan pengusaha sebisa mungkin harus bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku, ketika peraturan melenceng harus segera diubah agar tidak terkesan memihak kepentingan materiil semata! Dan ketika peraturan itu dalam masa perubahan, tidakkah para pengusaha memiliki inisiatif untuk peduli tanpa harus menunggu dituntut harus peduli oleh sebuah aturan?!

Epilog
Hendaklah kita selalu ber-muhasabah (introspeksi) atas segala hal yang kita lakukan. Maslahat atau mudlarat. Jika maslahat, tentu kita mengharap kepada-Nya agar Dia menjadikannya sebagai amal shalih yang berguna bagi kita kelak. Dan sebaliknya, jika mudlarat, maka cepat-cepat kita memohon ampunan-Nya dan menutupnya dengan amal kebaikan agar terhindar dari bencana dan musibah. Janganlah kita merasa aman dari ujian serta cobaan Tuhan dengan tidur tenang di peraduan kita. Tuhan telah berfirman;


أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىَ أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ * أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىَ أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ * أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ


“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur ? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain ? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Tuhan (yang tidak terduga-duga) ? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Tuhan kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf : 97-99).

Kita adalah penduduk negeri Indonesia, dan saudara kita di Wasior adalah juga satu kesatuan dengan kita. Ini menjadi sebuah pertanda, bahwa bisa jadi disuatu daerah dalam satu negeri yang penduduknya taat, ditimpa bencana dan musibah akibat dari ulah tangan manusia di daerah lainnya di negeri yang sama. Misalnya, kita di sini juga ternyata bersikap boros dan konsumtif terhadap produk tertentu yang diambil dari alam, menjadi pendorong para pengusaha berbuat berlebihan demi memenuhi kebutuhan kita, padahal di sisi lain ada saudara kita yang terancam. Di sinilah, bencana dan musibah yang menimpa mereka dijadikan jalan oleh Tuhan sebagai bentuk pelajaran dan teguran bagi semua penduduk negeri. Tapi, semuanya kembali kepada kita, apakah kita mau mengambil pelajaran atau tidak. Apa mesti ditimpa bencana dan musibah dulu secara langsung dan keseluruhan, baru saya (dan Anda ?) mau mengambil pelajaran?! Na’uzubillah...


وَاتّقُواْ فِتْنَةً لاّ تُصِيبَنّ الّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصّةً


“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan (fitnah, bencana, dan musibah) yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu” (QS. Al-Anfaal : 25).

Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa, menjauhkan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar bisa menjauhkan diri dari sikap zalim terhadap sesama dan alam sekitar kita. Amin. O ya, jangan lupa untuk mereka yang memiliki harta berlebih sisihkanlah untuk membantu para korban, dan kita semua jangan pernah putus berdo’a!


Wa Allaahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.