Kamis, 21 Oktober 2010

Sunnatullah dalam politik

Sunatullah dalam Politik
Selama ini "sunnatullah" yang dipahami kebanyakan orang ialah hukum alam seperti gaya gravitasi bumi, perputaran
bumi mengelilingi matahari, air mencari tempat yang paling rendah dan lain-lain yang sejenis itu.

Padahal sesungguhnya "sunnatullah" bukan itu saja. Justru yang paling banyak disorot Al-Qur`an sebagai "sunnatullah" ialah
fenomena sosial yang berkaitan dengan prilaku manusia dan masyarakat yang jika melanggar "rambu-rambu"
tertentu, akan berhadapan dengan ketentuan Allah yang pasti dan tidak akan beranjak walau setapakpun.

Umpamanya, suatu kaum yang diuji Allah dengan nikmat dan kekayaan melimpah ruah, tetapi kesenangan itu mereka gunakan untuk kemurkaan Allah seperti hura-hura, foya-foya, dan mengumbar hawa nafsu, akan ditimpakan Allah kepada mereka bencana hebat.

Firman-Nya:
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah
di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancurhancurnya."
(al-Isra` 16).

Begitu juga manusia-manusia yang tidak mau menerapkan konsep Allah (baik yang bersifat hukum, ekonomi, politik, sosial, dll.) akan menghadapi kehidupan yang "sempit" seperti yang diterangkan Allah dalam surat Thaha: 124. Kehidupan seperti ini bisa diterjemahkan dengan: pertumbuhan ekonomi yang minus, utang melilitpinggang, kondisi sosial yang rawan, hukum yang tidak berwibawa, iklim politik yang mengerikan dengan perebutan kekuasaan, dsb. Selain al-Qur`an, hadits Nabi sangat kaya dengan informasi semisal ini.
Karena hadits, tidak hanya menceritakan keadaan real yang terjadi kala itu, tetapi juga menginformasikan masalahmasalah futuristik (nubu’at) yang sebagian besarnya telah teruji kebenarannya.

Sekali lagi, sunnatullah yang diterangkan di dalam hadits juga berkaitan dengan "human behaviour". Memang biang kerusakan dan kehancuran di dunia ini tidak lebih dari manusia. Nah, jika ayat-ayat dan prediksi Nabi itu diaktualisasikan, maka tidak terlalu sulit
menangkap kejadian serta kondisi sulit yang kita alami sekarang ini. Sudah tentu "sunnatullah" dalam politik itu sangat
banyak dan tak mungkin diuraikan satu persatu dalam halaman ini. Di antara "sunnatullah" itu, ialah bila keadilan
tidak ditegakkan maka kehancuran tidak dapat dihindarkan.

Ketidakadilan dapat dijumpai dalam berbagai sektor dan beraneka bentuk. Ada ketidakadilan dalam pemerataan hasil pembangunan, dimana yang menikmati hasil pembangunan adalah hanya segelintir saja dari rakyat. Sementara mayoritas rakyat tetap dalam garis kemiskinan dan memprihatinkan, bahkan dapat disebut sebagai "tamu" di negeri sendiri. Bentuk ini di negeri kita sudah dimaklumi adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.